KONTAN.CO.ID - BEIJING. Jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di China masih banyak. China melaporkan terdapat hampir 13.000 kematian terkait Covid-19 di rumah sakit pada periode 13 hingga 19 Januari. Jumlah tersebut menambah total kematian pada bulan-bulan sebelumnya menjadi hampir 60.000. Seperti dilansir
Reuters, Minggu (22/1), pembaruan informasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China tersebut muncul di tengah keraguan atas transparansi data Covid-19 China. Rumah sakit dan rumah duka telah kewalahan sejak China meninggalkan aturan kontrol Covid yang paling ketat di dunia dan tes massal pada awal Desember yang berdampak pada kerusakan serta tekanan ekonomi yang signifikan.
Perubahan kebijakan yang tiba-tiba itu telah menyebarkan Covid-19 ke wilayah yang sebelumnya aman dari wabah sejak muncul di kota Wuhan pada akhir 2019. Jumlah kematian yang dilaporkan otoritas China belum terhitung dengan jumlah yang meninggal di rumah, dan beberapa dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk mencantumkan Covid pada akta kematian.
Baca Juga: Mulai Besok, Bali Kembali Buka Pintu Bagi Wisatawan Asal China Pada 14 Januari, China melaporkan hampir 60.000 kematian akibat Covid-19 di rumah sakit sepanjang tanggal 8 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023. Jumlah tersebut merupakan peningkatan besar dari 5.000 lebih kematian yang dilaporkan sebelumnya selama seluruh periode pandemi. Dokumen menunjukkan salah satu dari beberapa indikasi dampak mematikan Covid di China, misalnya pengeluaran rumah duka untuk barang-barang seperti kantong mayat hingga oven kremasi telah meningkat di banyak provinsi. Beberapa ahli kesehatan memperkirakan, lebih dari satu juta orang di China akan meninggal akibat penyakit ini tahun ini. Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, memperkirakan kematian akibat Covid-19 dapat mencapai 36.000 per hari dalam pekan ini. Saat jutaan pemudik pulang ke rumah untuk merayakan Tahun Baru Imlek, pakar kesehatan sangat prihatin dengan orang-orang yang tinggal di pedesaan China di mana fasilitas medisnya belum memadai. Pejabat Partai Komunis melaporkan sepanjang 7-21 Januari, diperkirakan terdapat 110 juta perjalanan penumpang dengan kereta api dalam 15 hari pertama dari 40 hari perjalanan Tahun Baru Imlek. Jumlah ini naik 28% setiap tahun..
Data CCTV yang dikelola pemerintah melaporkan sebanyak 26,23 juta perjalanan dilakukan pada malam Tahun Baru. Jumlah ini meningkat 50,8% dari tahun lalu. Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan pada hari Sabtu (2/1) di platform media sosial Weibo bahwa pergerakan massal selama liburan dapat menyebarkan pandemi dan meningkatkan infeksi di beberapa daerah. Akan tetapi, gelombang Covid kedua tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. Wu mengatakan kemungkinan terjadinya peningkatan Covid di China selama dua atau tiga bulan ke depan sangat kecil karena 80% orang telah terinfeksi.
Baca Juga: 80% Warga China Telah Terinfeksi Covid-19, Kemungkinan Penyebaran Mengecil Editor: Khomarul Hidayat