Ada 143 Kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia, Ini Perkiraan Puncak Kasus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga kini, ada 143 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Puncak kasus akan terjadi di pekan ketiga Juli.

Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, saat ini, pihaknya melakukan pemeriksaan spesimen menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) di provinsi-provinsi yang mengalami kenaikan kasus Covid-19. 

"Ini akan terus-menerus kita lakukan WGS pada provinsi-provinsi yang memang kasusnya tinggi, seperti Jakarta, Jawa Barat, termasuk Bali," kata Syahril dalam diskusi secara virtual, Kamis (23/6), seperti dikutip Kompas.com.


Menurut Syahril, pemeriksaan WGS akan terus Kemenkes lakukan untuk melihat perkembangan varian baru virus corona, sehingga bisa menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan. 

Baca Juga: Makin Menyebar, Ada 143 Kasus Covid-19 akibat Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Sejak 15 Juni lalu, kasus harian Covid-19 di atas 1.000. Bahkan, pada Rabu (22/6) lalu, hampir menyentuh angka 2.000, persisnya 1.985, tertinggi semenjak 7 April lalu.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memproyeksikan, puncak kasus Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi pada Juli nanti.

"(Puncaknya) satu bulan sesudah diidentifikasi, jadi sekitar minggu tiga atau minggu keempat Juli, dan kemudian nanti akan turun kembali (kasusnya)," ujarnya, 16 Juni lalu.

Ada empat kasus Omicron BA.4 dan BA.5 pertama yang terdeteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022.

Baca Juga: Waspada! Kasus Subvarian Baru Omicron BA.5 dan BA.4 Terus Meningkat di Tingkat Global

Hanya, menurut dia, berkaca ke Afrika Selatan sebagai negara pertama yang melaporkan kasus BA.4 dan BA.5, saat puncak infeksi, jumlahnya sepertiga dari puncak gelombang Omicron dan Delta sebelumnya. 

"Jadi, kalau Delta dan Omicron puncaknya (di Indonesia) di 60.000 kasus sehari, kira-kira nanti estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20.000 per hari," ungkap Budi.

Menteri kesehatan menegaskan, pemerintah akan terus memonitor ketat gelombang kasus Omicron BA.4 dan BA.5.

"Tetapi, yang kita perlu lihat adalah, fatality rate-nya atau kematiannya jauh lebih rendah, mungkin seperduabelas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan