KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi korporasi penawaran saham perdana alias
initial public offering (IPO) meramaikan pasar saham di pengujung tahun 2021. Berdasarkan situs web E-IPO, per Jumat (19/11), ada 15 calon emiten yang tengah melakukan proses IPO. Perusahaan penyedia menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) sudah menyelesaikan penawaran umum pada 18 November 2021. Anak usaha Telkom ini melepas 23,49 miliar saham dengan harga Rp 800 per saham. Mitratel bakal tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November 2021. Kemudian, dua perusahaan sedang dalam masa penawaran umum, yakni supermarket bahan bangunan PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk serta produsen dan distributor alat tulis kantor bermerek Bantex PT Perma Plasindo Tbk. Perusahaan yang akan tercatat dengan kode saham DEPO dan BINO ini masing-masing memasang harga penawaran Rp 482 per saham dan Rp 138 per saham.
Baca Juga: Anak Usaha CJ Corp Dalam Bidang Kesehatan & Kecantikan, Incar Dana IPO US$ 1 Miliar Sementara itu, sisa 12 perusahaan lainnya masih dalam proses penentuan harga penawaran umum setelah
bookbuilding selesai maupun masih dalam proses
bookbuilding itu sendiri. Belasan perusahaan ini berasal dari beragam sektor, mulai dari barang konsumsi primer, barang konsumsi nonprimer, teknologi, bahan baku, transportasi dan logistik, energi, hingga properti dan real estat. Secara keseluruhan, sebanyak 15 calon emiten ini berpotensi meraup pendanaan sebesar Rp 33,3 triliun. Jumlah tersebut didapat dengan mengalikan jumlah saham yang dilepas ke publik dengan harga penawaran umum atau harga penawaran awal tertinggi bagi perusahaan yang masih dalam proses
bookbuilding. Melihat masih banyaknya perusahaan yang melakukan IPO pada akhir tahun ini, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, pasar masih akan menyerap saham-saham tersebut secara optimal. Menurut dia, minat investor terhadap saham IPO tahun 2021 tergolong besar.
Baca Juga: Minat investor tinggi, Mitratel tambah jatah pooling jadi 5% Dari 40 perusahaan yang sudah melakukan IPO, ada 34 saham yang pergerakannya terus positif setelah satu minggu melantai di BEI. "Berkaca dari hal itu, kemungkinan besar akan terserap optimal. Saat ini juga sudah ada sistem E-IPO yang memudahkan investor dalam membeli saham IPO," ungkap Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/11). Meskipun harga sejumlah saham terus naik pada masa awal pencatatan, Wawan mengingatkan, dalam jangka panjang, harga saham-saham yang baru IPO akan kembali lagi ke harga yang sesuai dengan fundamental dan prospek bisnis masing-masing. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan berinvestasi di suatu saham, investor perlu menganalisis kinerja keuangan dan prospek bisnisnya. Besaran aset, penggunaan dana IPO, dan prediksi pendapatan setelah IPO juga akan berpengaruh ke valuasi sahamnya. Menurutnya, harga saham emiten yang valuasinya mahal cenderung tidak akan naik terlalu tinggi. Bila fundamental turun, bisa jadi harganya justru terkoreksi ke bawah harga IPO. Bagi pelaku pasar yang berorientasi jangka pendek, ia menyarankan supaya memiliki batasan yang jelas saat membeli saham IPO. "Misalnya, pelaku pasar dapat melakukan
profit taking setelah untung 30% atau
cut loss setelah rugi 10% demi memitigasi risiko yang lebih besar," ucap Wawan.
Baca Juga: Cimory meraup dana segar Rp 3,66 triliun dari IPO Sektor menarik
Dari 15 perusahaan yang tengah dalam proses IPO, sebanyak tujuh perusahaan berasal dari sektor barang konsumsi, baik itu barang konsumi primer maupun barang konsumsi nonprimer. Menurut Wawan, sektor barang konsumsi memang menarik seiring dengan pemulihan ekonomi tahun 2022 yang akan membuat belanja masyarakat meningkat. Dari sektor barang konsumi primer yang ada di daftar calon perusahaan tercatat, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, perusahaan peternakan sapi dan unggas PT Widodo Makmur Perkasa Tbk cukup menarik dari segi bisnis dan prospek ke depan. Penggunaan dana IPO juga bertujuan untuk pengembangan operasional sehingga bisnisnya dapat menjadi semakin besar dan kuat.
Menurut dia, pemulihan ekonomi dan konsumsi masyarakat diharapkan dapat menopang pertumbuhan sektor
poultry ke depannya. "Oleh sebab itu, kami melihat Widodo Makmur Perkasa menarik untuk dipertimbangkan dalam portofolio investasi," kata Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/11). Meskipun begitu, sektor
poultry memerlukan peran pemerintah guna menjaga harga pakan tetap stabil. Jika tidak, kondisi tersebut dapat berdampak signifikan pada kinerja perusahaan yang kemudian dapat menghambat laju pemulihan konsumsi karena harga jual yang tinggi.
Baca Juga: Bersiap IPO, Dharma Polimetal akan lepas 15% saham Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati