SINGAPURA. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menurun dari level tertinggi dalam sepekan terakhir hari ini (11/3). Data Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran April menurun sebesar 35 sen menjadi US$ 91,60 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada pukul 15.15 waktu Singapura, kontrak yang sama berada di posisi US$ 91,85 per barel. Pada 8 Maret lalu, harga kontrak minyak menanjak 39 sen menjadi US$ 91,95 per barel, yang merupakan level tertinggi sejak 28 Februari lalu. Jika dihitung, sepanjang bulan ini, harga minyak sudah menurun sebesar 0,3%. Ada beberapa penyebab penurunan harga minyak pada hari ini. Salah satunya, langkah pemerintah Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya. Berdasarkan data resmi Teluk Persia, Arab Saudi meningkatkan produksi minyak pada Februari lalu menjadi 9,15 juta barel per hari, atau naik 100.000 barel dari bulan sebelumnya. Faktor kedua, penurunan tingkat produksi di China sebesar 9,9% pada Januari dan Februari. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi analis yang disurvei Bloomberg dengan prediksi 10,6%. Selain itu, penjualan ritel China juga melampat pada Februari. Data ekonomi China yang memburuk turut menjadi sentimen negatif bagi pergerakan harga minyak. Sebab, China merupakan negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia. "Semakin tingginya produksi Arab Saudi menunjukkan banyaknya cadangan minyak yang kemudian menekan harga minyak," jelas Gordon Kwan, head of energy Mirae Asset Securities Ltd di Hong Kong. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ada 2 isu yang bikin emas hitam dilanda aksi jual
SINGAPURA. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menurun dari level tertinggi dalam sepekan terakhir hari ini (11/3). Data Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran April menurun sebesar 35 sen menjadi US$ 91,60 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada pukul 15.15 waktu Singapura, kontrak yang sama berada di posisi US$ 91,85 per barel. Pada 8 Maret lalu, harga kontrak minyak menanjak 39 sen menjadi US$ 91,95 per barel, yang merupakan level tertinggi sejak 28 Februari lalu. Jika dihitung, sepanjang bulan ini, harga minyak sudah menurun sebesar 0,3%. Ada beberapa penyebab penurunan harga minyak pada hari ini. Salah satunya, langkah pemerintah Arab Saudi meningkatkan produksi minyaknya. Berdasarkan data resmi Teluk Persia, Arab Saudi meningkatkan produksi minyak pada Februari lalu menjadi 9,15 juta barel per hari, atau naik 100.000 barel dari bulan sebelumnya. Faktor kedua, penurunan tingkat produksi di China sebesar 9,9% pada Januari dan Februari. Angka tersebut lebih rendah dari estimasi analis yang disurvei Bloomberg dengan prediksi 10,6%. Selain itu, penjualan ritel China juga melampat pada Februari. Data ekonomi China yang memburuk turut menjadi sentimen negatif bagi pergerakan harga minyak. Sebab, China merupakan negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia. "Semakin tingginya produksi Arab Saudi menunjukkan banyaknya cadangan minyak yang kemudian menekan harga minyak," jelas Gordon Kwan, head of energy Mirae Asset Securities Ltd di Hong Kong. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News