JAKARTA. Mendapat mandat sebagai bank persepsi untuk menampung uang tebusan yang berasal dari kebijakan pengampunan pajak atau
tax amnesty, tentu membawa berkah. Likuiditas dari dana
tax amnesty harus cepat disalurkan kembali bank persepsi dalam bentuk kredit. Sampai di sini, bank melihat kredit korporasi mampu menjadi salah satu saluran dana itu. PT Bank Mandiri Tbk, misalnya, bakal menaikkan target penyaluran kredit korporasi hingga 50% dari target awal di semester II 2016. "Target kami di semester II tadinya Rp 20 triliun, kemungkinan kami akan tambahkan menjadi Rp 30 triliun,” kata Royke Tumilaar, Direktur Korporasi Bank Mandiri kepada KONTAN, Jumat (15/7).
Adapun pada semester I 2016, target kredit korporasi Bank Mandiri sebesar Rp 20 triliun. Itu artinya, total target kredit korporasi selama tahun 2016 yang semula sebanyak Rp 40 triliun, kini bertambah menjadi Rp 50 triliun. Royke bilang, sektor korporasi yang menjadi target bidikan Bank Mandiri merata, tidak hanya sektor yang besar, namun juga yang kecil. Terkait sektor strategis yang menjadi fokus perhatian, Royke merujuk pada sepuluh sektor strategis yang menjadi program prioritas pemerintah. "Sepuluh sektor industri yang diprioritaskan itu sejalan dengan target ekspansi penyaluran kredit korporasi kami," terang Royke. Ke-10 sektor yang dimaksud Royke adalah industri makanan dan minuman, farmasi, petrokimia, crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit, pulp dan kertas, kosmetik dan kesehatan, tekstil dan aneka industri. Lalu industri informasi, komunikasi dan teknologi, serta industri pembangkit listrik. Sekadar catatan, permintaan kredit sendiri sejatinya masih lemah. Itu sebabnya, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko bank Mandiri A. Siddik Bahruddin beberapa waktu mengatakan, pihaknya akan menggunting target kredit yang semula 12% hingga 14%, bakal diturunkan menjadi 10%. Andalan infrastruktur Senada, Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta juga optimistis kredit korporasi bakal meningkat di semester II ini. Tercatat pertumbuhan kredit korporasi BNI rata-rata mampu tumbuh 20% per tahun. Likuiditas
tax amnesty bisa menekan biaya dana perbankan. “Kalau likuiditas meningkat ya bunga bisa turun, proyek jadi lebih mudah, semuanya senang,” kata Herry kepada KONTAN, Jumat (15/7).
Dari sini, BNI memproyeksikan kenaikan target penyaluran kredit korporasi sekitar 50% dari target awal. Sejak awal, BNI membidik penyaluran kredit korporasi senilai Rp 196 triliun di tahun 2016. “Kalau kami mendapat tambahan dana dari
tax amnesty, mungkin kredit korporasi bisa bertambah sekitar Rp 90 triliun. Tergantung likuiditas kami juga,” papar Herry. Soal sektornya, Herry melihat, potensi terbesar ada pada infrastruktur, yang secara total masih butuh dana besar hingga tahun 2019. Itulah mengapa industri infrastruktur menjadi salah satu sektor yang menjadi fokus BNI, bersama industri manufaktur dan pangan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie