KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi ekonomi yang membayangi tahun depan tak membuat prospek emiten kawasan industri redup. Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael mengatakan bahwa untuk tahun depan diestimasikan kinerja emiten kawasan industri masih akan mengalami pertumbuhan. "Sebab di tahun ini pertumbuhannya belum maksimal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/12). Dirinya memperkirakan, PT Surya Semesta Internusa Tbk (
SSIA) dan PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (
BEST) mampu mencatatkan kinerja
marketing sales. Mikael memperkirakan,
marketing sales BEST mampu tumbuh menjadi 20 hektare (ha) di tahun depan dari tahun ini yang diestimasikan hanya 15 ha.
Kemudian untuk SSIA, diperkirakan memperoleh
marketing sales hingga 80 ha yang mayoritas berasal dari Subang. SSIA SSIA akan mendapatkan
anchor tenant di
industrial estate terbarunya. Sementara itu, untuk PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS) justru diperkirakan memperoleh
marketing sales stagnan di 70 ha. "Karena sebetulnya angka 70 ha sudah cukup tinggi dan permintaan lahan DMAS sejauh ini baru sekitar 80 ha," jelasnya.
Baca Juga: Kawasan Industri Surya Internusa Group di Subang Dilirik Investor Asing Analis Henan Putihrai Jono Syafei menambahkan, sektor kawasan industri juga akan mendapatkan sentimen positif dari kondisi ekonomi Indonesia. Ini seiring perekonomian Indonesia yang terus membaik sehingga mendorong kepercayaan diri para pelaku bisnis untuk melakukan ekspansi. "Juga dukungan pemerintah untuk menarik investor, terutama asing pada sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daripada industri yang terkait data center, logistik, maupun kendaraan listrik," katanya. Seiring dengan prospek tersebut, Jono menjagokan DMAS karena keunggulannya dari kepemilikan ekosistem yang mendukung untuk data center yang memiliki banyak permintaan saat ini. Selain itu didukung dengan
landbank yang memadai sehingga membuat DMAS memiliki nilai jual lahan yang lebih tinggi dari pemain lahan industri lainnya. "DMAS juga memiliki profitabilitas yang paling tinggi dan resiko yang rendah karena tidak memiliki utang berbunga jika dibandingkan dengan pemain lahan industri lainnya. Kami merekomendasikan buy dengan target harga Rp 240," jelasnya.
Sementara Mikael menjagokan saham SSIA dan BEST yang didukung potensi pertumbuhan kinerja yang sangat tinggi. Adapun target harga untuk SSIA di Rp 450 dan BEST pada level Rp 190. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari