KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Aromatik, Olefin & Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkapkan naiknya harga minyak global turut berpengaruh pada harga bahan baku plastik dan harga jual produk dari plastik. Adapun saat ini, produsen biji plastik mengakui sudah melakukan penyesuaian harga jual dengan kenaikan harga bahan baku. Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono mengatakan naiknya harga bahan baku plastik saat ini merupakan siklus tahunan. Dalam satu tahun, terjadi dua kali kenaikan dan dua kali penurunan harga bahan baku. "Namun bedanya di 2021 ini, pada awal tahun penurunan harga bahan baku plastik terlalu sedikit dan cepat. Biasanya tiga minggu harga melandai, tetapi ini trennya baru seminggu harga sudah naik lagi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2).
Fajar menyebut posisi harga bahan baku saat ini anomali karena turunnya terlalu cepat, jadi pelaku industri harus melakukan penyesuaian dan cepat-cepat beradaptasi.
Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, industri kemasan dalam negeri laris manis Salah satu penyebab paling utama adalah kelangkaan kontainer sehingga menganggu aktivitas ekspor dan impor. Hal ini tentu membuat keterbatasan pasokan. Pasalnya, industri kemasan plastik Indonesia masih memenuhi 55% kebutuhan bahan baku dari luar negeri. Adapun biaya bahan baku berkontribusi sebanyak 80% ke COGS industri hilir plastik. "Saat ini industri lokal cukup ngos-ngosan untuk memenuhi itu (bahan baku)," ungkapnya. Selain itu, faktor yang mempengaruhi naiknya bahan baku plastik juga karena naiknya harga minyak dunia. Fajar menjelaskan, pada minggu kedua Februari 2021 harga rata-rata bahan baku plastik sudah di kisaran US$ 30.000 hingga US$ 40.000 per-ton dari yang sebelumnya di minggu kedua Februari di kisaran US$ 20.000 per ton. Menurut Fajar, ada kemungkinan harga bahan baku akan terus naik hingga April 2021. Sebagai informasi saja, biaya bahan baku di industri hulu, berkontribusi sebanyak 85% ke COGS. Maka dari itu, Fajar mengatakan pelaku industri hulu-hilir di Inapalas diimbau segera mengantisipasi kebutuhan bahan baku beberapa bulan ke depan karena Indonesia sudang ancang-ancang memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri. "Mau tidak mau mereka merencakan kebutuhan bahan baku sampai April," kata Fajar. Fajar bilang, selama ini industri plastik gesit mengambil posisi harga bahan baku, semisal ketika harga akan naik, pelaku industri sudah mengantisipasi belanja untuk stok. Tentu, dengan adanya kenaikan bahan baku otomatis mengerek harga jual barang jadi plastik. Fajar menjelaskan saat ini harga sejumlah barang jadi dari plastik seperti kemasan, karung, peralatan rumah tangga, tekstil, masker, dan lain sebagainya sudah naik 10%-15%.
PT Trinseo Materials Indonesia sebagai produsen biji plastik, turut merasakan kenaikan harga bahan baku. "Ya, kami selalu menyesuaikan harga penjualan dengan kenaikan harga bahan baku. Saat ini sudah naik 20%-25% dibandingkan Januari 2021," jelas Regional Sales Manager SEA & ANZ PT Trinseo Materials Indonesia, Dony Wahyudi kepada Kontan.co.id, dihubungi terpisah. Adapun di sepanjang tahun ini, Trinseo akan memaksimalkan output produksi untuk memasok kebutuhan akan bahan plastik terutama Polystyrene (Polistirena) dan ABS. Dony bilang, ke depannya prospek kemasan plastik akan terus cemerlang karena saat ini belum ada material alternatif yg lebih baik utk menggantikan plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli