Ada ASO, Surya Citra Media (SCMA) Optimistis Belanja Iklan Bisa Pulih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan kebijakan Analog Switch Off (ASO) dinilai menjadi momok yang mengerikan bagi industri pertelevisian. Pasalnya, masyarakat didorong untuk melakukan migrasi. 

Proses migrasi ini akhirnya berdampak pada kinerja para emiten televisi, termasuk PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). SMCA harus berupaya keras untuk mengarungi semester satu tahun ini. 

Direktur Utama Surya Citra Media Susanto Hartono juga tak menampik bahwa kebijakan ASO merupakan ujian yang sangat bagi industri televisi karena membuat pengiklan menahan diri. 


"Kami melihat para pengiklan akan mulai kembali normal, terlebih kesiapan masyarakat bermigrasi ke TV digital sudah lebih tinggi dibanding tahun lalu," ujar Susanto beberapa waktu lalu. 

Baca Juga: Laba Bersih Sinar Mas Agro (SMAR) Menurun 85,26% Per Semester I-2023

Pendapatan bersih emiten milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja, yakni SCMA menyusut 4,14% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 3,16 triliun menjadi Rp 3,03 triliun di semester I-2023. 

Dari sisi bottom line, SCMA membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 35,48 miliar. Nilai tersebut berbalik dari laba sebesar Rp 565,73 miliar per Juni 2022. 

VP Corporate Secretary Surya Citra Media Gilang Iskandar mengatakan pihaknya optimistis belanja iklan akan pulih. Namun SCMA masih realistis dengan kondisi yang ada. 

"Terkait pulihnya belanja iklan, kami optimistis, tapi harus realistis juga dengan kondisi ekonomi dan bisnis yang masih dinamis saat ini," jelas dia kepada KONTAN, Kamis (24/8). 

Gilang bilang secara historis saat momen kampanye akan ada tambahan memasukkan. Namun besaran pundi-pundi cuan dari gelaran kampanye belum tentu signifikan. 

Baca Juga: Penjualan Asahimas Flat Glass (AMFG) Naik 7,72%, Tapi Laba Turun 17,02% di semester I

Dia menjelaskan hal itu disebabkan oleh adanya aturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang harus diikuti. Gilang menilai para peserta pemilu juga masih akan menahan kampanye lewat televisi. 

"Dengan kondisi saat ini belum tentu peserta pemilu akan habis-habisan kampanye melalui media televisi. Biasanya lebih banyak melakukan kampanye door to door ke masyarakat," kata Gilang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi