JAKARTA. Bank Tabungan Negara BTN berkeyakinan, dengan adanya penyatuan ATM Bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) tidak akan menurunkan potensi penerimaan fee based income atau pendapatan jasa dari bisnis transaksi ATM. Pasalnya, dengan adanya penyatuan ATM BUMN, biaya transaksi yang dibebankan kepada nasabah akan berkurang sehingga berkorelasi dengan kenaikan transaksi ATM di perbankan. Menurut Direktur BTN Irman Alvian Zahiruddin, tujuan awal dilakukan penyatuan ATM BUMN adalah bagaimana nasabah bisa lebih mendapatkan benefit atau keuntungan. "Salah satu benefit atau keuntungan yang diperoleh nasabah dalam hal ini adalah terkait dengan penurunan tarif transaksi dan banyaknya jangkauan mesin ATM yang dilayani," ujarnya. Irman mengatakan, diharapkan dengan naiknya frekuensi transaksi ini, jumlah fee based yang akan didapat oleh masing-masing bank peserta Himbara tidak akan mengalami penurunan. Sebagai gambaran, nilai total transaksi kartu ATM sampai Agustus 2015 berdasarkan data Bank Indonesia adalah sebesar Rp 3.197 triliun. Transaksi ATM ini sebagian besar berasal dari transaksi tunai sebesar 43,2%, disusul kemudian transfer intrabank sebesar 37,6%, dan transfer antarbank sebesar 14,8%, dan belanja sebesar 4,29%. Selain itu, untuk jumlah ATM Bank BUMN, posisi pertama masih diduduki BRI di mana pada akhir tahun lalu sebanyak 20.792 unit. Disusul kemudian Bank Mandiri sebanyak 15.444 unit, kemudian BNI sebanyak 14.071 unit, dan BTN sebanyak 1.830 unit. Untuk BTN sendiri sampai Setember 2015 tercatat, untuk commissions, services dan admin fee menyumbang sebesar Rp 417 miliar atau 53,08% dari keseluruhan pendapatan non bunga perseroan. Tercatat nilai ini naik 28,4% dari tahun sebelumnya yoy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ada ATM Himbara, BTN yakin fee based tidak turun
JAKARTA. Bank Tabungan Negara BTN berkeyakinan, dengan adanya penyatuan ATM Bank BUMN yang tergabung dalam Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) tidak akan menurunkan potensi penerimaan fee based income atau pendapatan jasa dari bisnis transaksi ATM. Pasalnya, dengan adanya penyatuan ATM BUMN, biaya transaksi yang dibebankan kepada nasabah akan berkurang sehingga berkorelasi dengan kenaikan transaksi ATM di perbankan. Menurut Direktur BTN Irman Alvian Zahiruddin, tujuan awal dilakukan penyatuan ATM BUMN adalah bagaimana nasabah bisa lebih mendapatkan benefit atau keuntungan. "Salah satu benefit atau keuntungan yang diperoleh nasabah dalam hal ini adalah terkait dengan penurunan tarif transaksi dan banyaknya jangkauan mesin ATM yang dilayani," ujarnya. Irman mengatakan, diharapkan dengan naiknya frekuensi transaksi ini, jumlah fee based yang akan didapat oleh masing-masing bank peserta Himbara tidak akan mengalami penurunan. Sebagai gambaran, nilai total transaksi kartu ATM sampai Agustus 2015 berdasarkan data Bank Indonesia adalah sebesar Rp 3.197 triliun. Transaksi ATM ini sebagian besar berasal dari transaksi tunai sebesar 43,2%, disusul kemudian transfer intrabank sebesar 37,6%, dan transfer antarbank sebesar 14,8%, dan belanja sebesar 4,29%. Selain itu, untuk jumlah ATM Bank BUMN, posisi pertama masih diduduki BRI di mana pada akhir tahun lalu sebanyak 20.792 unit. Disusul kemudian Bank Mandiri sebanyak 15.444 unit, kemudian BNI sebanyak 14.071 unit, dan BTN sebanyak 1.830 unit. Untuk BTN sendiri sampai Setember 2015 tercatat, untuk commissions, services dan admin fee menyumbang sebesar Rp 417 miliar atau 53,08% dari keseluruhan pendapatan non bunga perseroan. Tercatat nilai ini naik 28,4% dari tahun sebelumnya yoy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News