Ada aturan DMO, saham emiten batubara masih prospektif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan telah teken Peraturan Pemerintah (PP) terkait penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan menilai, keluarnya regulasi DMO tidak akan menimbulkan potensi kerugian bagi emiten produsen batubara. Hanya saja, potensi pertumbuhan margin keuntungan produsen batubara jadi terbatas.

Hanya saja, kebijakan ini menurutnya harus dibarengi transparansi dan detil aturan yang jelas. Hal ini penting menurutnya untuk mengurangi ketidakpastian di pasar.


Secara sektoral, saham pertambangan menurut Alfred masih prospektif. Spesifik di batubara, Alfred optimistis permintaan batubara masih aman seiring membaiknya perekonomian global. Ia memprediksikan harga batubara di 2018 berada di rentang US$ 90-US$ 110 per ton.

Di saham sektor pertambangan, Alfred memprediksikan akan ada rata-rata return sebesar 25%-30% di 2018. Untuk saham produsen pertambangan, Alfred menjagokan PT Adaro Energy TBk (ADRO).

Head of LOTS Lotus Sekuritas Krishna Dwi Setiawan juga berpendapat adanya penetapan harga DMO batubara bisa membuat emiten produsen batubara tak bisa menikmati keuntungan lebih. Karena itu, menurutnya besaran harga DMO batubara tetap menjadi perhatian pasar.

Krishna melihat, pasar khawatir jika harga yang ditetapkan adalah US$ 60 per ton. “Kalau batas atas US$ 70 per ton cukup oke,” ujar Krishna. Catatan Kontan.co.id, harga batubara DMO untuk pembangkit listrik adalah US$ 70 per ton.

Dengan regulasi ini, Krishna memprediksikan produsen batubara berkalori rendah yang paling banyak terpengaruh. Pasalnya, PLN lebih banyak membutuhkan batubara berkalori rendah.

Dari beberapa saham batubara yang tercatat di BEI, Krishna menjagokan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Pasalnya Krishna mencatat ITMG banyak melakukan ekspor. Saat ini, Krishna merekomendasikan buy on weakness saham ITMG dengan target harga jangka menengah Rp 28.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi