Ada corona, begini kelanjutan proyek smelter Vale Indonesia (INCO)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mewabahnya virus corona (Covid-19) tidak menyurutkan langkah bisnis PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Salah satu ekspansi bisnis yang masih bergulir adalah proyek smelter di Pomalaa dan Bahodopi.

Smelter ini membutuhkan dana investasi sekitar US$ 5 miliar dan akan menghasilkan produk olahan nikel kelas wahid. “Rencana ekspansi bisnis tetap berjalan dan target final investment decision (FID) masih sama di kuartal I- 2021,” ujar Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia kepada Kontan.co.id, Selasa (2/6).

Terkait new normal, Bernardus mengatakan akan tetap memberlakukan protokol kerja yang sudah diterapkan saat ini. Social distancing dalam transportasi maupun di tempat kerja akan terus diterapkan dan protokol untuk menjaga kebersihan di tempat kerja juga akan diteruskan.


Baca Juga: Divestasi 20% Saham Vale Indonesia (INCO) Lagi-Lagi Molor

Untuk pekerja yang masih bisa meneruskan bekerja secara jarak jauh (remote) tanpa mengganggu efektivitas kerja, maka akan terus bekerja secara remote untuk mengurangi paparan risiko Covid-19. Namun, bagi pekerja yang harus kembali ke kantor di Jakarta untuk keperluan pekerjaan, manajemen INCO sedang menyiapkan protokol detailnya.

“Jadi intinya tidak akan ada masalah dalam pemberlakuan new normal, karena pada dasarnya kami sudah memberlakukan protokol kerja dengan mempertimbangkan situasi pandemi saat ini,” sambung dia.

Bernardus juga berharap, divestasi 20% saham INCO kepada MIND ID bisa mencapai definitive agreement pada bulan ini. Sebab, ada tenggat waktu dari pemerintah yang harus INCO penuhi. “Jadi semua pihak harus mengupayakan supaya bisa selesai secepatnya,” ujar dia.

Baca Juga: Jadwal perjanjian definitif divestasi sudah diundur tiga kali, ini kata INCO

Dihubungi secara terpisah, Director Finance & Control Vale Indonesia Adi Susatio mengamini, operasional INCO masih berjalan normal sejauh ini dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. “Sehingga, saat ini belum ada perubahan terkait target produksi untuk tahun ini, masih di 71.000 ton,” ujar Adi, Selasa (2/6).

Sementara itu, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) INCO juga tidak banyak berubah dari angka awal. Hanya saja, memang ada sedikit penyesuaian terkait pembelian barang dan jasa yang terkendala akibat adanya wabah Covid-19.

Adi mengatakan, emiten produsen nikel tersebut mengalokasikan capex senilai US$ 140 juta–US$ 150 juta untuk tahun ini. Per kuartal I-2020, konstituen Indeks Kompas100 ini telah menghabiskan capex sebesar US$ 33 juta, turun dari resapan capex kuartal pertama tahun lalu yang mencapai US$ 57,7 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati