JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar menekan industri, salah satunya di sektor tekstil dan sepatu. Soalnya, sebagian besar bahan baku industri tekstil dan sepatu harus diimpor. Industri tekstil dan sepatu semakin tertekan dengan penurunan daya beli masyarakat.
Mengatasi hal itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mematangkan rencana pembentukan desk khusus untuk mengatasi kesulitan industri padat karya . Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan pihaknya akan melakukan koordinasi lintas kementerian yang rencananya dilakukan Jumat (2/10) mendatang. Koordinasi lintas kementerian untuk memastikan desk khusus tersebut berjalan efektif karena permasalahan yang dihadapi industri padat karya khususnya industri tekstil dan sepatu, sangat terkait dengan kementerian lainnya. Koordinasi ini akan melibatkan beberapa kementrian terkait yakni BKPM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, khususnya Ditjen Pajak dan Bea Cukai, dan Kementerian Tenaga Kerja. “Persoalan impor bahan baku, tentunya akan membutuhkan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Sementara untuk pengawasan masuknya barang impor ilegal memerlukan koordinasi dengan Ditjen Bea Cukai. Dengan demikian, desk ini akan efektif menyelesaikan yang dihadapi oleh investor,” jelas Frank, Rabu (30/9). Franky menilai pemerintah perlu hadir untuk memfasilitasi permasalahan di industri karena karena cukup strategis dalam hal penyerapan tenaga kerja maupun memperkuat ekspor Indonesia. BKPM mencatat, pada semester I 2015 realisasi investasi untuk sektor tekstil masih tumbuh positif, naik 58% sebesar Rp 3,88 triliun dibandingkan peridose yang sama tahun 2014. Realisasi investasi seluruh sub-sektor tekstil pada semester I 2015 juga tumbuh positif, yaitu industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213% sebesar Rp 2,40 triliun dari 82 proyek, industri penenunan tekstil tumbuh 613% sebesar Rp 163 miliar dari 25 proyek, industri pakaian jadi tumbuh 16% sebesar Rp 941 miliar, dan industri perlengkapan pakaian tumbuh 563% sebesar Rp 216 miliar dari 15 proyek.
Sementara itu, realisasi investasi untuk sektor alas kaki pada semester I 2015 tumbuh 613% sebesar Rp 759 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dari 69 proyek. Selain itu, potensi ekspor sektor tekstil dan alas kaki Indonesia masih cukup besar karena pada tahun 2014 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia hanya 1,85% dari nilai pasar global sebesar US$ 700 miliar. Demikian pula dengan sektor alas kaki di mana ekspor Indonesia hanya 4% dari nilai pasar global sebesar US$ 100 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto