JAKARTA. Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa mengatakan, ada dua faktor utama yang membuat credit default swap (CDS) Indonesia makin turun. Pertama dari data ekonomi makro Indonesia seperti minimnya laju inflasi serta perbaikan di defisit neraca transaksi berjalan. “Kedua soal pemilu. Pada 2009, CDS juga turun menjelang pemilihan presiden. Pasar menganggap ada harapan baru dari terpilihnya pemimpin baru. Pola ini juga terjadi pada 2014 sekarang,” ujar Fakhrul.
Ia juga meyakini, dana asing masih bakal membanjiri pasar modal Indonesia khususnya pasar saham, obligasi pemerintah serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Fakhrul menambahkan, porsi dana asing pada obligasi pemerintah sejak maret 2014 bahkan telah melampaui porsi pihak perbankan. “Padahal perbankan selalu jadi pihak yang memiliki obligasi pemerintah terbanyak,” ungkapnya. Karena itu, dia memprediksi, CDS Indonesia tenor 5 tahun misalnya, masih bisa turun antara 30 hingga 40 basis poin pada kuartal II ini. Namun, hal ini dengan catatan jika Bank Indonesia (BI) tidak lagi menaikkan suku bunga acuan (BI rate) mengikuti langkah Bank Sentral Amerika (The Fed) menjelang 2015 nanti. Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih punya pandangan sendiri. Jika BI rate dinaikkan sekalipun, investor asing akan tetap tertarik pada pasar modal Indonesia. Menurut Lana, naiknya BI rate diperlukan untuk menjaga spread antara suku bunga The Fed. Pasalnya negara lain juga berpotensi bakal menaikkan suku bunga acuannya.