KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berpotensi lanjut menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (17/1). Nilai tukar rupiah spot menguat 0,69% ke Rp 15.045 pada Senin (16/1). Sedangkan kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 1,04% ke Rp 15.019 dari Rp 15.177 di akhir pekan lalu. Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, penguatan rupiah terjadi seiring dengan penurunan tekanan eksternal. Bank sentral AS Federal Reserve memang masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun 2023. Namun, pasar melihat kebijakan tersebut tidak lagi seagresif tahun 2022 dan sudah cenderung priced in. Dalam pernyataan terakhir pada Desember 2022, The Fed berencana menaikkan suku bunga acuannya sampai ke level 5,25% di tahun ini.
Baca Juga: Rupiah Menguat 4 Hari Beruntun, Begini Prospek Hingga Tutup Tahun Lebih jauh, penguatan rupiah juga didorong oleh membaiknya data ekonomi domestik. Surplus neraca perdagangan berlanjut dengan besaran US$ 3,89 miliar pada Desember 2022. "Sentimen pendukung lainnya berasal dari capital inflow di pasar keuangan domestik dan kepercayaan konsumen yang optimis terhadap prospek ekonomi Indonesia," kata Reny kepada Kontan.co.id, Senin (16/1). Analis DCFX Futures Lukman Leong menambahkan, sentimen positif lainnya berasal dari Revisi PP Nomor 1 Tahun 2019 mengenai devisa hasil ekspor. Revisi yang memperluas cakupan sektor bisnis yang harus menempatkan devisa hasil ekspor di dalam negeri bakal memberikan dukungan jangka panjang pada penguatan rupiah.