KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang atau obligasi diprediksi masih menarik bagi emiten meski peluang pemangkasan suku bunga acuan semakin terbuka. Ada ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga acuan pada September 2024. Langkah bank sentral Amerika Serikat tersebut akan menjadi acuan bagi bank sentral di negara lainnya, termasuk Bank Indonesia. Di tengah ekspektasi penurunan tingkat suku bunga, emiten cukup ramai melakukan penawaran dan pencatatan obligasi pada bulan Juli ini. Aksi penghimpunan dana di pasar modal itu digelar oleh emiten dari beragam sektor dengan skala kapitalisasi pasar yang bervariasi. Terbaru, ada PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) yang menawarkan obligasi berkelanjutan IV Tahap VI Tahun 2024 dengan jumlah pokok senilai Rp 2,22 triliun.
Dana yang terhimpun akan dipakai MDKA untuk tiga keperluan dalam rangka melunasi obligasi, pembayaran utang serta modal kerja anak usaha. Pertama, sebesar Rp 1,08 triliun untuk melunasi pokok utang obligasi berkelanjutan IV tahap III tahun 2023 Seri A yang akan jatuh tempo pada 11 Agustus 2024. Kedua, sebanyak US$ 60 juta untuk pembayaran lebih awal seluruh pokok utang yang akan dibayarkan kepada sejumlah bank. Ketiga, sisa dari dana akan dipinjamkan kepada anak usaha MDKA yakni PT Bumi Suksesindo untuk modal kerja. Masa penawaran umum obligasi tahap VI-2024 ini berlangsung pada 24 Juli dan 25 Juli 2024. Sedangkan tanggal emisi dijadwalkan pada 30 Juli dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Juli 2024.
Baca Juga: IHSG Turun Saat Buka Pasar Jumat (19/7), ADRO, ESSA, HRUM Top Gainers LQ45 Selain MDKA, ada PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) yang baru mencatatkan obligasi berkelanjutan III tahap III-2024 di BEI pada 17 Juli 2024. Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu ini menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun. Sebelumnya, ada sejumlah emiten yang baru-baru ini mencatatkan obligasi, di antaranya PT Jasa Marga (Persero) Tbk (
JSMR), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (
ADHI), dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (
PJAA). Selanjutnya ada PT Eagle High Plantations Tbk (
BWPT), PT Sumber Global Energy Tbk (
SGER) PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP), PT Bank Victoria International Tbk (
BVIC) dan anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (
WIFI). Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengamati penerbitan obligasi masih menjadi instrumen penghimpunan dana yang diminati oleh emiten pada tahun ini. Audi merujuk data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) yang mencatat penerbitan obligasi korporasi pada semester I-2024 mencapai Rp 61,29 triliun.
Baca Juga: Emiten BUMN Karya Tak Cukup Andalkan Suntikan PMN Jumlah itu meningkat sebesar 33,29% secara tahunan (YoY). "Kami berpandangan peningkatan ini juga didorong oleh momentum kebijakan suku bunga yang naik, karena menyebabkan tingginya
cost of fund dari sindikasi pendanaan perbankan," kata Audi kepada Kontan.co.id, Kamis (18/7). Founder Stocknow.id Hendra Wardana sepakat, dalam kondisi saat ini penerbitan obligasi tetap menjadi instrumen yang menarik bagi perusahaan. Obligasi menawarkan kesempatan untuk mendapatkan dana dengan biaya tetap dalam jangka panjang. Obligasi juga bisa memberikan fleksibilitas dalam struktur pembayaran dibandingkan pinjaman bank. "Sehingga menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan dalam menjaga likuiditas dan memenuhi kebutuhan modal kerja serta pembiayaan proyek," ungkap Hendra. Di sisi lain, Audi melihat ketika terjadi normalisasi kebijakan suku bunga, maka pendanaan melalui sindikasi perbankan dapat kembali meningkat. Tapi Audi punya catatan, meski penurunan tingkat suku bunga acuan diproyeksikan terjadi pada tahun ini, penerbitan obligasi masih punya prospek menarik.
Baca Juga: Jelang Libur Akhir Pekan, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini yang Bisa Jadi Pilihan Sebab, tingkat suku bunga tidak akan langsung turun drastis karena pemangkasan bakal dilakukan bank sentral secara bertahap. "Pendanaan dari obligasi masih tetap menarik, karena fleksibilitas jangka waktu dan bentuk diversifikasi pendanaan," terang Audi.
Pengamat & Praktisi Pasar Modal Agus Pramono mengingatkan pelaku pasar tetap harus cermat dalam melihat penerbitan obligasi oleh emiten. Menurut Agus, investor mesti mencermati pemenuhan aspek
Good Corporate Governance (GCG) dan posisi arus kas perusahaan. Faktor itu penting untuk mengukur komitmen dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, sekaligus untuk mengurangi risiko gagal bayar. Dalam hal ini, Agus menilai emiten di sektor komoditas cenderung punya kemampuan yang cukup dalam pembayaran utang. Di antara emiten yang sedang menawarkan atau baru mencatatkan obligasi, Hendra melirik MDKA, BRPT dan JSMR yang dinilai punya prospek menarik secara jangka panjang dan sahamnya layak koleksi. Sedangkan Audi menjagokan JSMR, dengan rekomendasi buy untuk target harga Rp 5.300 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati