KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar berekspektasi bahwa The Fed bakal mengurangi agresivitasnya dalam menaikkan suku bunga. Sentimen tersebut membuat rupiah tembus level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyoroti pertemuan Bank Sental AS dalam Federal Open Market Committee (FOMC) di tanggal 31 Januari 2023 mendatang. Pertemuan tersebut diperkirakan bakal memutuskan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) hanya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Imbasnya, indeks dolar AS (DXY) turun terus. Penurunan Indeks dolar AS yang konsisten mendekati level 100 tersebut berpengaruh pada penguatan rupiah.
Penurunan indeks dolar AS sejalan dengan tekanan eksternal yang mulai menurun sehingga membuka peluang penguatan pada mata uang utama lainnya.
Baca Juga: Jaga Stabilitas Rupiah, Operation Twist BI Perlu Dibarengi Kebijakan Moneter Lain "Rupiah menguat karena dipengaruhi oleh sentimen positif bahwa The Fed tidak akan seagresif tahun lalu dalam menaikkan suku bunga acuannya," jelas Reny kepada Kontan.co.id, Rabu (25/1). Di samping itu, lanjut Reny, penguatan rupiah juga didukung oleh membaiknya data-data ekonomi domestik seperti surplus neraca perdagangan, kenaikan suku bunga BI atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang sesuai ekspektasi, inflasi yang terkendali, hingga likuiditas perekonomian yang tetap tumbuh positif. Karena itu, Bank Mandiri melihat dalam jangka pendek rupiah akan berada di kisaran Rp 14.900 – Rp 15.200 per dolar AS. Dari dalam negeri, perekonomian dan pasar keuangan domestik cukup resilien terhadap risiko eksternal seperti kenaikan suku bunga acuan, inflasi AS, dan peningkatan peredaran dolar AS. Reny bilang, inflasi domestik masih terkendali di kisaran 5,5% pada tahun 2022 dan berpotensi semakin rendah menjadi 3,6% pada tahun 2023. Selanjutnya, pasar modal Indonesia mulai mengalami inflow atau aliran masuk dana asing di awal tahun 2023 seiring dengan menurunnya tekanan dari eksternal. Hal tersebut turut berdampak pula terhadap potensi penurunan yield obligasi dan suku bunga yang kenaikannya relatif terbatas atau tidak seagresif tahun 2022. Bank Mandiri memproyeksikan nilai tukar rupiah bakal menuju level Rp 15.285 per dolar AS pada akhir tahun 2023. Dengan kata lain, rupiah memiliki kecenderungan menguat di tahun ini jika dibandingkan level Rp 15.568 per dolar AS pada akhir tahun 2022.
Baca Juga: Rupiah Sempat Berada dalam Tren Menguat, Simak Prediksi Pergerakannya ke Depan Adapun pergerakan rupiah hari ini jatuh melemah setelah penguatan beruntun hingga menembus level Rp 14.000-an per dolar AS. Rupiah spot saat ini berada di level Rp 14.965 per dolar AS pada Rabu (25/1). Hal ini membuat rupiah spot melemah 0,52% dari perdagangan hari sebelumnya Rp 14.887 per dolar AS. Sejalan, rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) ikut tertekan 0,19% menuju level Rp 14.958 per dolar AS. Pada perdagangan hari Selasa (24/1), rupiah Jisdor di level Rp 14.930 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi