KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan, ancaman El Nino yang terjadi bukan perubahan iklim biasa. Ia bahkan mengatakan, El Nino yang terjadi melebar menjadi gorila El Nino. Dimana artinya ada ancaman dampak dari El Nino bisa berlanjut hingga Februari 2024. Kemudian satu sisi adanya pembatasan ekspor dari negara lain. "Bisa dibayangkan apa yang terjadi kalau kita butuh beras mau impor tapi tidak ada. Solusi terbaik adalah tingkatan produksi. Tidak ada jalan lain. Negara lain 22 negara sudah batasi ekspor, termasuk India mengatakan bisa tapi belum ada kepastian sampai sekarang," kata Amran dalam Raker bersama Komisi IV DPR RI, Senin (13/11).
El Nino berdampak pada menurunnya jumlah produksi. Tahun ini saja Indonesia mengalami penurunan produksi beras menjadi 30 juta ton. Adapun tahun depan pemerintah menargetkan produksi beras 32 juta ton di 2024. Dengan demikian, Amran memastikan pihaknya akan menekan impor beras tahun depan.
Baca Juga: Meski Masa Tanam Mundur, NFA Optimistis Produksi Dalam Negeri Bisa Perkuat CBP “Kita upayakan seoptimal mungkin, tapi kita lihat perkembangan masa tanam mundur satu bulan, dua bulan. Kan belum ditanam sampai sekarang, ini sudah November. Kita akan semaksimal mungkin,” katanya. Untuk mencapai target peningkatan produksi maka percepatan tanam dilakukan mulai saat ini. Amran menyebut, apabila percepatan produksi tak dilakukan maka tahun depan ada kemungkinan impor akan naik sampai 5 juta ton. Pasalnya dengan adanya El Nino maka masa tanam mundur. Ketika masa tanam mundur maka panen juga akan otomatis mundur. Maka percepatan tanam harus dilakukan. "Kalau tanam sekarang 500 (ribu ha), sekarang sudah tanam 500 itu berbahaya di Januari. Harusnya satu juta (ha). Makanya bulan ini kami kejar sampai 1 juta artinya Februari aman," kata Amran. Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menjelaskan, produksi beras pada Januari-September 2023 lebih rendah sekitar 60.000 ton dibandingkan tahun 2022. Kemudian produksi beras pada Januari-Desember 2023 diperkirakan lebih rendah 650.000 ton dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Adapun surplus beras tahun di 2023 diperkirakan hanya 280.000 ton, lebih rendah dibandingkan surplus beras tahun 2022 sebesar 1,3 juta ton. Khudori menyampaikan, memastikan stok beras pemerintah akhir 2023 hingga awal tahun 2024 menjadi faktor yang krusial. Pasalnya Pada 14 Februari 2024 ada Pilpres, yang kemudian dilanjut Ramadan dan Idufitri di Maret.
Baca Juga: Dampak El Nino, Mentan: RI Berpotensi Impor hingga 5 Juta Ton Beras pada Tahun 2024 "Perkiraan stok akhir tahun 622.000 ton,itu hitung-hitungan dengan kondisi stok, penyerapan dan penyaluran di Bulog saat itu. Itu mengandaikan ada tambahan serapan 150.000 ton oleh Bulog lewat jalur komersial dari Oktober hingga Desember. Tambahan luas tanam yang direncanakan eks Mentan SYL belum tahu hasilnya seperti apa," kata Khudori. Dengan adanya rencana percepatan tanam yang dilakukan Kementan, Khudori menyebut akan menemui tantangan dari ketersediaan air. "Sekarang ini yang jadi masalah air. Apa airnya ada untuk penambahan seluas itu," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi