Ada Fenomena Bubble Burst, Pengamat Melihat Startup Memang Sangat Rentan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan santer terdengar bubble burst atau pecahnya gelembung perusahaan rintisan atawa startup

Terbaru, startup penyedia jasa kebersihan dan perbaikan alat-alat rumah tangga dan perkantoran, beres.id berhenti beroperasi mulai 30 Juni 2022. Pengumuman pemberhentian operasional Beres.id disampaikan pihak manajemen melalui situs resmi startup tersebut.

Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan secara umum, startup generasi satu yang memberikan layanan ride hailing, e-commerce, digital payment sudah cukup banyak pemain, hanya akan terseleksi alam untuk dua hingga tiga pemain besar saja. 


“Jadi kalau ada startup yang bisnisnya ke sana, ya siap siap hadapi tantangan berat bilamana tidak dapat pendanaan. Bisa saja PHK akan terus terjadi, dan kemudian rontok,” kata Heru kepada Kontan.co.id, Jumat (10/6). 

Baca Juga: Begini Pandangan East Ventures Soal Fenomena Bubble Burst pada Startup

Dia menambahkan, beberapa pemain lain dari sektor finansial atau pembayaran, travel, hingga edukasi mulai tergantikan dengan arah baru startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytic, internet of things (IoT) maupun metaverse

“Saat ini, memang banyak startup sudah membuktikan keuntungan konsisten, tapi memang perjalanan masih berat karena ada pengembalian pendanaan investor,” kata dia.

Heru melihat, saat ini pendanaan juga tidak semudah saat startup generasi pertama. Hal ini karena investor telah beralih untuk cepat dapat cuan dan mendorong startup untuk segera initial public offering (IPO). 

Baca Juga: Pendanaan Mengerut, Dunia Startup Dinilai Masih Rawan Dihantam Badai

Dia melihat, beberapa pemain yang mulai tumbang seperti Linkaja dan Zenius memang cukup berat persaingannya karena pemain utamanya sudah jauh di depan. 

“Kalau mau maju harus kuat bakar uang. Sehingga reorganisasi jadi pilihan dan salah satu solusi,” sambung doa. Dengan demikian, Heru pun sudah melihat sejak awal memang adanya fenomena bubble burst lantaran para pemain start up sangat rentan. 

“Mereka (startup) sebenarnya tidak miliki aset karena aset ada mitra. Kalau saya melihat ini bukan pecahnya gelembung, tapi gelembung mulai bocor,” tutup dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati