Ada gagal bayar bunga MTN, tren penerbitan MTN diprediksi akan menurun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi yang belum optimal memukul perusahaan yang memiliki kewajiban membayar bunga utang. Beberapa perusahaan bahkan harus lebih dari sekali  menunda pembayaran bunga. 

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga pekan ketiga di bulan ini, terdapat empat perusahaan yang terpaksa mengalami gagal bayar alias menunda pembayaran bunga utang. 

Secara total, ada lima obligasi yang ditunda pembayaran bunga utangnya, yakni:


1. Surat utang jangka panjang Karawang Jabar Industrial Estate 1 Tahun 2019 Seri A-E

2. MTN I Perikanan Nusantara Tahun 2017

3. MTN I Barata Indonesia Tahun 2017 Seri A

4. MTN I Oligo Infrastruktur Indoensia Seri A

5. MTN I Barata Indonesia Tahun 2017 Seri B 

Baca Juga: Yield tinggi, korporasi tunda terbitkan obligasi

Ternyata beberapa perusahaan tersebut, kerap menunda pembayaran, bahkan PT Barata Indonesia dalam jangka waktu yang cukup dekat harus menunda pembayaran dua seri utangnya. 

Head of Division Corporate Rating Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriarsih mengatakan pemulihan ekonomi yang belum optimal membuat perusahaan masih mengalami kesulitan arus kas. Apalagi bagi sektor atau perusahaan yang sebelum pandemi sudah mengalami penurunan kinerja keuangan. 

"Perbaikan ekonomi masih bergantung pada kelancaran selesainya distribusi vaksin," kata Niken, Rabu (17/3). 

Untuk PT Barata Indonesia dan PT Perikanan Nusantara yang Pefindo beri peringkat, Niken mengatakan kedua perusahaan tersebut memang mengalami kesulitan arus kas.  Bahkan, Perinus mengalami kesulitan arus kas sejak sebelum pandemi dan tercermin dari peringkat non investment grade sejak 2019. Sedangkan, kinerja keuangan Barata semakin memburuk selama pandemi. 

Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan beberapa industri memang masih menerima dampak negatif dari pandemi. Di satu sisi tidak bisa disangkal pemulihan ekonomi memang mulai terlihat. Namun, tetap saja belum merata ke semua sektor. 

Sektor properti dan konstruksi belum sepenuhnya beroperasi seperti normal, alhasil arus kas perusahaan terganggu. "Sebelum pandemi arus kas kurang sehat, dengan adanya pandemi tambah tidak sehat," kata Ramdhan. 

Ke depan Ramdhan memproyeksikan tren penerbitan MTN di tahun ini akan menurun. Apalagi, dengan banyak MTN yang gagal bayar, disatu sisi perusahaan akan sulit mendapat kepercayaan investor. 

Sedangkan, Niken mengatakan untuk beberapa perusahaan terutama yang terdampak pandemi dan mengalami kesulitan likuiditas dan memiliki MTN yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat akan lebih berisiko terkait refinancing risk. 

Tren penerbitan MTN memang menurun. Pefindo mencatat penerbitan MTN di 2020 menurun jadi Rp 6,75 triliun dibandingkan Rp 15,82 triliun di 2019. Demikian pula penerbitan MTN di Januari hingga Februari 2021 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Hingga saat ini Pefindo masih menerima mandat penerbitan MTN yang belum listing per 28 Februari, sebesar Rp 6,45 triliun. 

Selanjutnya: Prospek kinerja aset saham dan obligasi menyokong kinerja reksadana campuran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi