KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga komoditas minyak terpantau merangkak naik seiring kekhawatiran terhadap pasokan yang terbatas dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Berdasarkan Trading Economics, minyak WTI diperdagangkan di level US$ 69.278 per barel pada Selasa (19/11) pukul 12.13 wib. Adapun harga ini menguat 0,17% dalam sehari, dan menguat 3,37% dalam sepekan. Di sisi lain, harga Brent pun menguat 0,07% dalam sehari ke level US$ 73,41 per barel. Dalam sepekan, harga minyak Brent telah menanjak 3,24%.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 3% Usai Sverdrup Hentikan Produksi dan Eskalasi Perang Ukraina Research and Development ICDX Yoga Tirta mengatakan, sentimen dari potensi pengetatan pasokan pasca gangguan yang terjadi di ladang minyak terbesar Eropa Barat dan Kazakhstan mendukung penguatan harga minyak siang ini. Ia menjelaskan, Equinor Norwegia, perusahaan energi di Nowegia pada hari Senin mengumumkan akan menghentikan sementara produksi di seluruh ladang minyak Johan Sverdrup akibat pemadaman listrik. Namun, perusahaan tersebut tidak memberikan rincian terkait jadwal dimulainya kembali operasi di ladang minyak terbesar di Eropa Barat tersebut. Adapun pada bulan Oktober, produksi dari ladang minyak Johan Sverdrup itu sebesar sekitar 755.000 bph. Masih dari sisi pasokan, Kementerian Energi Kazakhstan mengonfirmasi penurunan produksi di ladang minyak Tengiz, ladang minyak terbesar di negara tersebut. Produksi turun 28% hingga 30%, atau sekitar 61.000 hingga 63.000 metrik ton per hari, akibat perbaikan yang sedang berlangsung. Proses perbaikan ini diharapkan akan selesai pada 23 November mendatang dan mampu memulihkan produksi minyak. Baca Juga:
Harga Minyak Dunia Naik Tipis Senin (18/11), Ketegangan Rusia-Ukraina Meningkat Selain itu, ketegangan geopolitik juga mendukung pergerakan harga minyak. "Amerika Serikat menuduh Rusia berencana meningkatkan konflik di Ukraina dengan melibatkan pasukan Korea Utara," jelas Yoga dalam riset, Selasa (18/11)
Menurut Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, keputusan Presiden Biden untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS merupakan respons strategis atas keterlibatan sekitar 11.000 tentara Korea Utara dalam bentrokan di wilayah Kursk, Rusia. Sementara itu, kelompok Hizbullah asal Lebanon telah menyetujui usulan AS terkait gencatan senjata dengan Israel dan siap untuk melakukan perundingan lebih lanjut. Melihat dari sudut pandang teknis itu, Yoga memproyeksi harga minyak berpotensi menemui posisi
resistance terdekat di level US$71 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke
support terdekat di level US$67 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih