KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menggenjot industri properti, pemerintah telah mengeluarkan stimulus berupa diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21/PMK/010/2021 yang telah berlaku. Dalam skema insentif tersebut, 100% PPN ditanggung pemerintah untuk rumah dengan harga jual paling tinggi Rp 2 miliar. Lalu, untuk rumah dengan harga jual lebih di kisaran Rp 2 miliar sampai dengan Rp 5 miliar, pemerintah memberikan diskon PPN 50%. Menanggapi hal tersebut, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (
MTLA) Olivia Surodjo mengatakan, pihaknya belum bisa menggambarkan seberapa besar dampak insentif tersebut pada penjualan perusahaan. Sebab, MTLA tidak memiliki hunian
ready stock di kisaran harga Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar.
“Kebetulan kami tidak ada
ready stock untuk harga Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar yang bisa diserahterimakan pada Agustus 2021. Sehingga efeknya belum ada,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (7/3). Lebih lanjut Olivia mengatakan, untuk properti di bawah Rp 2 miliar, saat ini masih dalam proses pembangunan. Dan diproyeksikan stock tersebut dapat selesai hingga Agustus 2021 mendatang.
Baca Juga: Metropolitan Land (MTLA) siapkan capex Rp 550 miliar di tahun ini “Tapi
stock kami tidak banyak yang bisa dijual. Harapannya kalau serah terima sampai Desember ini maka kami bisa keburu membangun sekarang bagi pembeli yang ingin menikmati program insentif PPN,” jelas dia. Sebagai informasi, di tahun ini MTLA menargetkan pendapatan rutin atau
reccuring income di kisaran Rp 1,5 triliun hingga Rp 1,6 triliun. Jumlah itu terdiri dari target
presales properti sebesar Rp 1,1 triliun dan pendapatan berulang atau reccuring income sebesar Rp 400 miliar sampai Rp 450 miliar.
Tahun ini, MTLA menyiapkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 550 miliar. Olivia menyebut, sumber dana capex berasal dari kas internal dan juga pinjaman bank. Dia bilang, sebanyak Rp 205 miliar dari dana belanja modal tersebut akan digunakan untuk akuisisi lahan. Sayang, ia tak menjelaskan berapa besar lahan yang dibidik. Sementara, Rp 190 miliar untuk pembangunan infrastruktur, dan sisanya untuk penyelesaian proyek baru seperti Hotel Kertajati dan Royal Venya Ubud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari