KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang belum usai dan proses pemulihan ekonomi masih dilakukan pemerintah Indonesia. Kondisi saat ini masih belum dapat kembali normal bagi sektor properti yang tahun kemarin mengalami penurunan cukup tajam. Untuk memberikan angin segar bagi kondisi properti, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk relaksasi PPnBM yang akan memangkas pajak pembelian barang mewah hingga 100%. Relaksasi ini diperuntukkan bagi penjualan unit hunian rumah susun dengan nilai jual sampai dengan Rp 2 miliar dan 50% bagi hunian yang memiliki nilai jual di atas Rp 2 miliar sampai Rp 5 miliar. Selain itu, ada insentif uang muka nol persen untuk kredit perumahan rakyat (KPR) untuk unit
ready stock.
Kebijakan ini melengkapi dari empat kebijakan yang sudah dilaksanakan oleh Kementerian PUPR di sektor perumahan, yakni fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp 16,66 triliun untuk 157.500 unit, Subsidi Selisih Bunga (SSB) sebesar Rp 5,96 triliun, Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) sebesar Rp 630 miliar untuk 157.500 unit, dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Menurut Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony, hal ini akan berdampak pada emiten properti, karena penjualan akan mengalami kenaikan, dan hingga saat ini, kinerja juga menjadi lebih baik dengan adanya relaksasi PPnBM.
Baca Juga: Insentif properti dorong penjualan hunian milik CTRA dan PWON “Secara umum penjualan dari properti sendiri terlihat cukup baik, dengan kenaikan
marketing sales yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Chris. Hal ini didukung oleh hasil riset yang dilakukan oleh Henry Wibowo,
Head of Indonesia Research & Strategy untuk JP Morgan pada 9 Maret, yang menyebut
marketing sales Summarecon Agung (
SMRA) di bulan Februari lalu mencapai Rp 725 miliar. Ini membuat pra penjualan perusahan tersebut naik 43% secara Month-over-Month (MoM) dan year on year (yoy) naik 175%. Berdasarkan riset analis Aurellia Setiabudi dari Maybank Kim Eng, beberapa emiten properti akan mengalami kenaikan dengan adanya kebijakan relaksasi PPnBM, menurutnya
CTRA,
LPKR, dan
PWON memiliki cadangan properti yang tinggi, yang siap untuk dijual. Dari riset tersebut diperkirakan
aggregate presale dari ketiga emiten ini akan mengalami kenaikan sampai
double-digit di tahun 2021 sampai 2022, dengan
PWON sebagai yang tertinggi di 45% YoY di tahun 2021. Lanjutnya, bank-bank besar akan melanjutkan agresivitasnya untuk memberikan kredit perumahan rakyat, dikarenakan adanya kebijakan ini. Chris juga memperkirakan bahwa penjualan properti di tahun ini seharusnya dapat kembali menguat seiring dengan membaiknya ekonomi, yang didukung dengan vaksinasi dan adanya kebijakan relaksasi PPnBM, yang saat ini gencar dilakukan oleh pemerintah Indonesia. PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON)
PWON menyambut positif kucuran insentif dari pemerintah untuk sektor properti. Insentif ini dianggap akan menjadi daya dorong tambahan bagi sektor properti, selain faktor tingkat suku bunga kredit perumahan rakyat (KPR) yang rendah. PWON akan memanfaatkan momentum ini untuk mendongkrak penjualan di tahun ini dengan menyiapkan promo menarik untuk pelanggannya. Analis Aurellia Setiabudi dan Isnaputra Iskandar dari Maybank Kim Eng merekomendasikan beli saham PWON dengan target harga Rp 650 per saham.
PT Ciputra Development Tbk (
CTRA) Kucuran insentif di sektor properti dianggap dapat berpotensi mempercepat penjualan rumah yang telah dibangun atau
ready stock.
CTRA memproyeksikan pendapatan pra-penjualan (
marketing sales) tahun ini dapat tumbuh 15%-20% didorong oleh pulihnya daya beli sejalan dengan pemulihan ekonomi, relaksasi pembiayaan perumahan dan tren rendahnya suku bunga. Analis Aurellia Setiabudi dan Isnaputra dari Maybank Kim Eng menyarankan untuk beli dengan target harga Rp 1.200 per saham.
PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) Summarecon Agung dinilai akan membukukan kinerja yang apik pada tahun ini. Dari penjualan dinilai sudah mulai pulih sejak akhir tahun kemarin, dan potensi dari perbaikan
balance sheet melalui rencana
right issue, SMRA berencana melepas 3,61 miliar saham atau setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan. Henry Wibowo, Head of Indonesia Research & Strategy untuk JP Morgan merekomendasikan untuk beli saham dengan target harga Rp 1.000 per saham.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE) Bumi Serpong Damai optimis menargetkan penjualan segmen residensial sepanjang tahun 2021 dapat mencapai Rp4,4 triliun dan segmen komersial dapat mencapai Rp 1,6 triliun. Adapun produk-produk unit residensial yang ditawarkan berlokasi di BSD City, Nava Park dan The Zora di BSD City, Grand Wisata, Kota Wisata, Grand City Balikpapan, Taman Banjar Wijaya, dan Legenda Wisata.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Chris Apriliony, menyarankan untuk beli dengan target harga Rp 1.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari