Ada Inverted Yield Curve pada US Treasury, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sedang terjadi inverted yield curve pada US Treasury. Ini adalah kondisi di mana imbal hasil obligasi tenor 2 tahun lebih besar ketimbang yield obligasi negara AS tenor 10 tahun.

Saat ini, tercatat yield obligasi tenor 2 tahun di AS adalah 4,10%. Sementara, yield obligasi tenor 10 tahun adalah 3,68%. Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan mengatakan, inverted yield curve AS menunjukkan bahwa hingga saat ini investor sudah mengharapkan adanya penurunan suku bunga di masa depan.

Menurut Alvaro, rendahnya yield treasury AS jangka panjang akan berdampak cukup baik bagi pasar obligasi global, termasuk di Indonesia. Investor asing, kata Alvaro, juga sudah mulai memburu obligasi Indonesia sehingga terjadi inflow yang cukup besar sejak awal tahun 2023.


“Ke depan, pasar obligasi Indonesia cukup prospektif seiring dengan data ekonomi yang baik, inflasi yang terkendali, hingga kebijakan fiskal yang kembali disiplin,” ujar Alvaro kepada Kontan.co.id, Selasa (14/2).

Baca Juga: Harga Emas Tertekan Jelang Rilis Angka Inflasi AS

Alvaro melihat, adanya inverted yield curve di AS ditambah kondisi pasar obligasi dalam negeri yang cukup baik membuat investor asing dan investor lokal tertarik untuk kembali masuk pada surat utang negara (SUN). Apalagi SUN menawarkan tingkat yield menarik.

Ketertarikan investor asing terlihat dari inflow dana asing yang baik di pasar obligasi. Sementara, ketertarikan investor lokal terlihat dari penerbitan surat berharga ritel (SBR) yang sukses.

Baca Juga: Harga Emas Spot Sedikit Meredup ke US$1.863,38 Jelang Data Inflasi AS, Senin (13/2)

“Lelang SUN diharapkan dapat kembali sukses dengan minat yang tinggi dari berbagai investor,” ungkap dia.

Terkait strategi untuk investor, Alvaro mengatakan, mereka dapat memilih aset obligasi sebagai salah satu usaha diversifikasi dalam portofolio. Dia menambahkan, investor juga perlu memperhatikan data ekonomi seperti inflasi. 

"Ketika inflasi perlahan mulai menurun, hal tersebut akan menjadi katalis positif bagi aset obligasi,” pungkas Alvaro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati