KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendaki 8,39 poin atau 0,12% ke 7.245,91 pada perdagangan, Rabu (27/12). Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, pergerakan IHSG di pekan terakhir tahun 2023 merupakan dampak positif window dressing. “Ada kemungkinan juga Santa Clause Rally terbuka semakin lebar dengan kondusifnya dan terjaganya persepsi serta ekspektasi pelaku pasar dan investor,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (27/12).
Namun, penopang pergerakan pasar saat ini adalah persepsi dan ekspektasi akan adanya penurunan tingkat suku bunga. Akibatnya, para pelaku pasar tetap harus waspada. Jika ternyata The Fed tidak menurunkan tingkat suku bunga atau memutuskan sesuatu yang di luar keinginan pasar, maka pasar akan kecewa. Oleh sebab itu, kemungkinan Santa Clause Rally terbuka, namun waspadai potensi koreksi. “Sektor yang terdampak positif dari kondisi ini adalah perbankan, consumer goods, ritel, serta transportasi dan logistik,” kata Nico. Baca Juga: Cek Pergerakan Harga Saham PGEO, GOTO, dan KAYU di Penutupan Bursa Rabu (27/12) Ketidakpastian pasar itu pun dilihat masih akan terbawa ke bulan pertama tahun 2024. Masih tidak jelasnya kebijakan suku bunga bank sentral, terutama The Fed, membuat pasar masih rapuh dan belum sekuat yang dibayangkan. “Semua akan kembali berdasarkan data yang dikaitkan dengan persepsi dan ekspektasi pelaku pasar dan investor terhadap proyeksi masa depan,” ujar Nico. Pada bulan Januari 2024, Nico memproyeksikan, IHSG akan berada di level 7.140 – 7.294. Faktor-faktor yang akan mendukung kinerja IHSG di bulan Januari 2024 adalah penurunan tingkat suku bunga, Pemilu 2024, terjaganya daya beli dan konsumsi, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, serta inflasi yang terjaga. Dengan volatilitas pasar yang masih akan terjadi hingga bulan Januari 2024, Nico menyarankan, investor bisa kembali melihat tujuan investasi mereka. Apabila pelaku pasar dan investor fokus terhadap transaksi jangka pendek, menikmati volatilitas merupakan pilihan. “Namun, jika investor fokus terhadap transaksi jangka panjang, lebih baik menunggu hingga harga kembali terkoreksi,” tutur Nico. Baca Juga: Menilik Potensi Kinerja IHSG di Awal Tahun 2024, Bakal Ada January Effect?