Ada Kabar Investor Asing Mau Keluar Lagi dari Indonesia, Begini Kata Komisi VII DPR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengatakan bahwa “pekerjaan rumah” pemerintah saat ini cukup banyak dan besar khususnya membuat Indonesia kembali menarik di kaca mata para investor migas terutama mereka yang memiliki kapasitas investasi dalam jumlah dan skala besar. 

Sementara, pemain besar migas punya pilihan untuk berinvestasi di negaranya yang mungkin dari aspek regulasi fiskal, pengelolaan izin, jauh lebih mudah dari Indonesia. 

“Kalau kami dengar-dengar, mudah-mudahan ini tidak benar, kalau jadi kenyataan bahwa Exxon sendiri di Cepu kalau dapat harga yang tepat mereka akan exit (keluar) dari Indonesia. Shell sudah keluar dari Blok Masela, proyek IDD juga sudah ditinggal Chevron,” jelasnya dalam acara webinar “Capaian dan Tantangan Satu Tahun Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR)” pada Kamis (18/8). 


Baca Juga: SKK Migas: Perkembangan Reaktivasi Sumur Tak Aktif Sudah 40% dari Target Tahun Ini

Di sisi lain, Eddy juga melihat investasi global di sektor migas juga sudah menurun karena perusahaan migas internasional berubah menjadi perusahaan energi yang fokus pada aspek lingkungan. Ditambah lagi, lembaga keuangan sudah menghentikan pendanaan untuk pengelolaan produksi dari sumber energi fosil. 

Melihat berbagai tantangan ini, Eddy menegaskan, iklim investasi di Indonesia perlu dikuatkan kembali serta diperbaiki dengan cepat.  Oleh karenanya, dia menyarankan, diperlukan task force yang betul-betul dapat bekerja dengan fokus, serta punya timeline yang ketat untuk merumuskan hal tersebut. 

Hal lain yang dicermati Eddy ialah masalah ketahanan energi di tengah fenomena krisis energi yang terjadi di beberapa negara. Misalnya saja, Jerman yang sudah menyalakan kembali pembangkit batubara yang tadinya sudah dimatikan atau direncanakan tutup dalam waktu dekat. Bahkan ada rencana untuk kembali membangkitkan lagi pembangkit nuklir.

Baca Juga: Menteri ESDM Beri Sinyal Kenaikan Harga BBM Subsidi, Ini Sebabnya

“Itu jadi masalah besar ketika negara tidak mampu ekspor dan sumber energi yang dibutuhkan di Indonesia harus diimpor (sebagai net importer minyak). Begitu negara stop pengiriman sementara kita importir dari mana kita bisa dapat alternatifnya,” ujarnya.  

Maka itu, Eddy kembali menekankan supaya iklim investasi migas harus diperkuat, khususnya juga untuk mengejar target produksi 1 juta barrel minyak per hari di 2030.

“Kalau kita bersama dan bersungguh-sungguh dan buat action plan saya kira target yang direncanakan dalam mencapai ketahanan energi bisa dilakukan,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .