Ada Kasus Baru Covid-19, Selandia Baru Perketat Kebijakan Isolasi



KONTAN.CO.ID - DW. Selandia Baru memperketat aturan isolasi bagi mereka yang memasuki negara itu guna mencegah sebaran infeksi Covid-19, setelah kembali menemukan kasus infeksi baru virus corona. Ini berarti semua orang yang datang ke negara itu harus menjalani dua kali uji Covid-19 selama masa isolasi, ujar Perdana Menteri Jacinda Ardern, Rabu (17/06). Selain itu, pemerintah tidak akan lagi memberikan kelonggaran bagi mereka yang tengah menjalani masa isolasi.

Selandia Baru melaporkan kasus baru infeksi Covid-19 yang ketiga dalam beberapa hari terakhir. Temuan infeksi Covid-19 pling anyar dilaporkan pada Kamis (18/06). Pasien adalah seorang laki-laki berusia sekitar 60 tahun yang terbang dari Pakistan menuju Melbourne, Australia, pada 11 Juni, demikian dilaporkan Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru Ashley Bloomfield dalam konferensi pers pada hari Kamis.

Laki-laki itu kemudian terbang ke Selandia Baru pada 13 Juni dan menjalani isolasi wajib selama 14 hari. Pria ini kemudian mengembangkan gejala penyakit Covid-19 dan dinyatakan positif setelah menjalani tes pada 15 Juni. Bloomfield mengatakan dia memprediksi akan selalu ada kasus Covid-19 di perbatasan.


"Kita akan melihat lebih banyak kasus. Jumlah kasus di seluruh dunia terus bertambah. Semua penumpang dalam penerbangan dari Australia ke Selandia Baru sekarang harus mengenakan masker,” kata Bloomfield.

Baru saja minggu lalu, Selandia Baru merayakan pencapaian menjadi salah satu negara pertama yang terbebas dari kasus inveksi virus corona SARS-CoV-2. Saat itu Selandia Baru menghapus semua pembatasan sosial dan ekonomi kecuali kontrol perbatasan.

Kebijakan pemerintah dipertanyakan

Pada Selasa (16/06), terungkap bahwa dua orang perempuan warga negara Selandia Baru telah diperbolehkan meninggalkan isolasi wajib yang harusnya selama 14 hari, setelah menjalaninya hanya selama enam hari, untuk menjenguk orang tua mereka yang tengah sekarat.

Pemerintah Selandia Baru buntutnya kebanjiran tekanan dari publik yang mempertanyakan, mengapa kedua perempuan itu diperbolehkan keluar tanpa pengujian yang tepat, dan apakah fasilitas karantina dikelola dengan baik.

"Saya tahu kasus kedua perempuan ini akan membuat orang kecewa ... Saya tentu saja kecewa dengan hal itu,” ujar Direktur Jenderal Kesehatan Ashley Bloomfield pada konferensi pers, seperti dikutip dari media Gobalnews.

"Saya meminta maaf bahwa kita berada di posisi ini," katanya.

Akui kegagalan sistem

Perdana Menteri Ardern mengatakan bahwa "kasus ini merupakan kegagalan sistem yang tidak dapat diterima. Itu seharusnya tidak pernah terjadi, dan itu tidak boleh terulang.”

Ardern juga telah menunjuk pihak militer untuk mengawasi semua fasilitas isolasi dan karantina, melakukan audit fasilitas dan proses isolasi dan membuat perubahan yang diperlukan. Pengecualian-pengecualian aturan karantina dengan alasan kemanusiaan telah ditangguhkan sampai pemerintah merasa yakin, kata Ardern.

"Saya tahu ini kebijakan tidak akan populer, tetapi saya harus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan.”

Perdana menteri mengatakan kedua perempuan itu kini mengisolasi diri bersama orang tua yang masih hidup. "Mereka tidak bersalah. Bukan kesalahan mereka bahwa sistem telah gagal,” ujar Ardern.

Kementerian Kesehatan telah mengidentifikasi 320 kontak terdekat dari kedua perempuan itu, termasuk yang berada dalam penerbangan dan dalam tempat isolasi yang sama. Semua personal kontak sedang diuji dan tetap diisolasi sampai mereka menerima hasil tes negatif.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti