Ada Katalis Positif dari Kampanye, Simak Rekomendasi Saham Telkom (TLKM) Berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kampanye politik menjelang pemilihan umum yang semakin gencar dapat menjadi katalis positif bagi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). 

Head of Research Investasiku Cheril Tanuwijaya mengatakan, posisi TLKM sebagai pemimpin pasar di industri telekomunikasi akan memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan.

Secara historis, saham-saham telekomunikasi bergerak positif menjelang pemilihan umum.


“Dalam masa kampanye, konsumsi data akan meningkat sehingga menjadi sentimen positif untuk TLKM yang merupakan pemimpin pasar,” kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (26/7).

Baca Juga: Menakar Prospek Investasi di Pasar Modal Saat Arah Suku Bunga Acuan Sesuai Ekspektasi

Dalam riset tanggal 7 Juli 2023, Deputy Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menyampaikan, spin-off segmen usaha IndiHome ke PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan memperkuat dominasi TLKM, baik di bisnis seluler dan fixed broadband. Pasalnya, spin-off ini akan mempercepat implementasi produk fixed mobile convergence (FMC) TLKM.

Dengan lancarnya implementasi produk FMC TLKM, Paulus memperkirakan adanya potensi peningkatan margin dari pendapatan yang lebih tinggi dan efisiensi biaya. Hal ini akan menghasilkan rasio belanja modal yang lebih rendah, yakni 22% dari pendapatan pada tahun 2025, dari biasanya sebesar 25% dari pendapatan.

Kemudian, terkait dengan rencana divestasi unit bisnis fintech solusi pembayaran Finnet Indonesia (Finnet), Paulus menilai hal ini merupakan bagian dari strategi five bold moves TLKM untuk memperbesar bisnis digitalnya dan meningkatkan sinergi dalam ekosistemnya.

Meski detail tentang rencana transaksi ini belum dirilis, Paulus menilai transaksi ini dapat meningkatkan laba bersih TLKM. Ia berasumsi nilai transaksinya dapat mencapai US$ 150 juta.

Asumsi nilai transaksi tersebut setara dengan maksimal 9% dari proyeksi laba bersih TLKM tahun 2023 yang dibuat oleh Sucor Sekuritas yang sebesar Rp 25 triliun. Namun, asumsi nilai transaksi tersebut belum memperhitungkan biaya transaksi, pajak, dan lain-lain.

Sebagai informasi, Finnet yang berdiri pada tahun 2005 menyediakan sejumlah solusi untuk transaksi keuangan di bawah brand Finpay. Portofolio produknya meliputi pembayaran tagihan, e-payment platform, dan solusi pembayaran online.

TLKM menggenggam kepemilikan di Finnet sebesar 60% melalui anak usahanya, yakni Telkom Metra. Sementara itu, sisa 40% saham Finnet dimiliki oleh perusahaan yang terafiliasi dengan Bank Indonesia bernama Mekar Prana Indah.

Berdasarkan laporan keuangan 2021, Finnet secara konsisten menjadi kontributor terbesar atas pendapatan Telkom Metra dengan pendapatan operasional sebesar Rp 17,7 triliun, EBITDA Rp 230 miliar, dan laba bersih Rp 111 miliar. Finnet memproses total gabungan 1 miliar transaksi pada tahun 2021 yang secara mayoritas berasal dari pembayaran tagihan agregator.

Baca Juga: Dikabarkan Jual Saham Finnet, Begini Klarifikasi Resmi dari Manajemen Telkom (TLKM)

Merujuk riset tanggal 3 Juli 2023, Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin juga menilai, spin-off IndiHome ke Telkomsel akan membuat Telkomsel fokus pada segmen B2C, sedangkan TLKM akan berkonsentrasi pada B2B. Selanjutnya, dengan adanya singeri IndiHome dan Telkomsel, produk FMC akan menjadi game changer karena bakal memberikan efek positif kepada TLKM secara jangka panjang.

Setelah integrasi, kontribusi pendapatan Telkomsel terhadap TLKM secara konsekuen akan mencapai sekitar 80% dari sekitar 60% sebelum spin-off IndiHome. Kemudian, EBITDA konsolidasi diperkirakan mencapai Rp 58 triliun atau naik 4,9% yoy pada 2023 atau setara 73% EBITDA TLKM

“Di tahun-tahun mendatang, kami mengharapkan adanya peningkatan pendapatan dan sinergi biaya, bersama dengan beban pajak yang lebih rendah karena adanya insentif dari PMK 56. Hal memungkinkan Telkomsel menaikkan pembayaran dividennya,” tutur Fakhrul.

Sucor Sekuritas merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 4.950 per saham. BCA Sekuritas juga merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 5.800 per saham.

Sementara itu, Investasiku merekomendasikan buy on weakness TLKM di harga Rp 3.800-Rp 3.850 dengan target harga Rp 4.200 dan stoploss Rp 3.500. Menurut Cheril, secara valuasi, PER TLKM menarik dibandingkan kompetitornya yang berada pada 18,41x atau di bawah rerata standard deviasi 5 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi