KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunung Raja Paksi Tbk berencana mencuil peluang pasar baja untuk kebutuhan green building di Amerika Serikat (AS). Persiapan sudah mulai dilakukan oleh emiten baja berkode saham GGRP tersebut agar bisa mengapalkan produknya ke Negeri Paman Sam. Corporate Affairs Director GGRP, Fedaus mengatakan, saat ini GGRP tengah mengajukan permohonan sertifikasi Environmental Product Declaration (EPD) untuk melakukan penjualan ekspor ke AS. “Mudah-mudahan Juli ini kami dapat sertifikasi dan siap supply export ke pasar USA untuk green building,” ujar Fedaus kepada Kontan.co.id, Selasa (16/5).
GGRP memang tengah memacu penjualan ekspor. Menurut rencana perusahaan, porsi penjualan ekspor dalam total penjualan konsolidasi bakal ditingkatkan menjadi sekitar 8%-9%. Sebelumnya, kontribusi penjualan ekspor baru mencapai 5% dalam total penjualan GGRP di 2022.
Baca Juga: Penjualan Bersih Gunung Raja Paksi (GGRP) Melesat 40% Selama Tahun 2022 Bukan tanpa alasan GGRP melirik pasar ekspor. “Saat ini banyak project project yang request produk untuk Green Building, kami GRP (Gunung Raja Paksi) telah memiliki sertifikasi EPD sehingga bisa supply ke pasar Australia dan New Zealand,” tutur Fedaus. GGRP optimistis, kinerja penjualan perusahaan secara keseluruhan/konsolidasi dapat tumbuh sekitar 5% dibanding realisasi tahun 2022 lalu. Hal ini seiring kebutuhan baja di Indonesia yang diperkirakan tumbuh sekitar 5% menurut estimasi Asosiasi Industri Baja Indonesia atau The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA). Sebagai pembanding, mengintip laporan keuangan perusahaan, GGRP membukukan penjualan bersih sebesar US$ 945,49 juta dengan laba tahun berjalan US$ 58,40 juta di tahun 2022. Dus, berdasar hitungan kasar Kontan.co.id, penjualan bersih GGRP bakal mencapai US$ 992,77 juta dengan kenaikan 5%. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, GGRP telah membukukan penjualan bersih US$ 210,25 juta. Jumlah tersebut turun 10,57% dibanding realisasi penjualan bersih GGRP di kuartal I 2022 yang mencapai US$ 235,11 juta. Seturut kinerja top line yang menyusut, laba periode berjalan GGRP ikut turun 63,00% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula US$ 15,81 juta di kuartal I 2022 menjadi US$ 5,85 juta di kuartal I 2023. Penurunan kinerja di tiga bulan pertama, menurut Fedaus, terjadi lantaran faktor pergerakan harga. “Harga baja kan ikut komoditi dan seasonal di kuartal I mendekati Lebaran agak lesu. Mendekati semester ke 2 biasa mulai ramai” terang Fedaus.
Baca Juga: Hingga 2025, Gunung Raja Paksi (GGRP) Targetkan Pasang PLTS Atas 33,000 kWp Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat