Ada Kemungkinan, Bank Sentral Filipina Ikuti Langkah The Fed



MANILA. Bank sentral Filipina kemungkinan akan mengikuti langkah the Federal reserve (the Fed) untuk menurunkan suku bunganya. Jika hal ini benar-benar terjadi, maka penurunan suku bunga tersebut merupakan yang kali pertama dilakukan sejak Januari 2008 lalu. Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Filipina di tengah terjadinya krisis global.

Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 13 ekonom, Bangko Sentral ng Pilipinas akan memotong suku bunga acuan semalam (overnight) pada hari ini dari 6% menjadi 5,75%. Selain itu, terdapat empat ekonom yang memprediksi bank sentral akan menurunkan suku bunganya ke level 5,5%. Sementara, satu ekonom memprediksi penurunan suku bunga menjadi 5,25%. Ada pula dua ekonom yang memprediksi suku bunga tidak akan mengalami perubahan.

Sekadar tambahan informasi, bank sentral Filipina belakangan memang selalu menahan diri untuk menurunkan suku bunga acuannya meskipun tingkat inflasi di negara tersebut mulai menjinak sejak September lalu. Hal ini disebabkan, adanya pelemahan nilai peso yang kondisinya mulai memburuk pada bulan lalu. Keoknya mata uang Filipina itu tentunya akan mengancam kenaikan harga barang-barang impor.


Sejak menetapkan kebijakan itu, peso mulai pulih. Bahkan penguatannya mencapai 5% saat ini. Itu sebabnya, saat ini bank sentral Filipina memiliki banyak ruang untuk mengikuti langkah the Fed.

“Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menggunting suku bunga karena posisi peso sedang menguat. Pemangkasan sebesar 25 basis poin akan memberikan sinyal ke pasar, yang memang membutuhkan informasi adanya upaya perbaikan perekonomian di negara ini oleh pemerintah,” jelas Rafael Algarra, treasurer di Security Banking Corp di Manila.

Remiten menyebabkan peso menguat

Penguatan peso juga disebabkan adanya kenaikan jumlah dana yang masuk dari luar negeri (remiten) yang dikirim oleh para 8 juta migran Filipina untuk musim liburan akhir tahun. Memang, dalam empat tahun belakangan, jumlah remiten yang masuk dalam bulan Desember semakin tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Catatan saja, remiten migran Filipina menyumbang sepersepuluh dari perekonomian Filipina yang nilainya mencapai US$ 144 miliar.

Saat ini, para penentu kebijakan di seluruh belahan dunia mulai Inggris hingga India, sudah memangkas suku bunga acuannya dalam beberapa bulan terakhir. Pemangkasan ini dilakukan seiring terjadinya krisis kredit global yang menekan perekonomian AS, Eropa dan Jepang hingga masuk ke jurang resesi. Alhasil, jumlah permintaan dari negara-negara tersebut semakin menyusut hingga akhirnya menyebabkan harga komoditas anjlok ke rekor terendah pada tahun ini.

Pemerintah Filipina mengatakan, pertumbuhan ekonomi di negaranya mungkin akan mengalami perlambatan menjadi sekitar 3,7% pada tahun depan. Angka tersebut merupakan yang paling rendah dalam delapan tahun terakhir. Selain itu, pada bulan lalu, tingkat inflasi mengalami pelemahan menjadi 9,9% setelah merosotnya harga beras dan minyak. Sebagai perbandingan saja, pada Agustus, tingkat inflasi Filipina sempat bertengger di posisi 12,5% yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

“Rendahnya harga komoditas serta tingkat inflasi yang membaik memberikan ruang bagi kami untuk menentukan arah ke depannya,” jelas Deputy Governor Bank Sentral Filipina Diwa Guinigundo pada minggu ini. Waktu itu, dia sempat menambahkan, bank sentral juga tidak bisa mengacuhkan risiko inflasi akibat pelemahan peso.

Dikabarkan, bank sentral Filipina akan mengadakan pertemuan pada hari ini untuk menentukan suku bunga acuan terakhir tahun 2008. Diprediksi, bank sentral akan mengumumkan hasil pertemuan setelah pukul 16.00 waktu lokal.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie