Ada la nina, produksi gula berpotensi turun 20%



JAKARTA. Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait fenomena cuaca La Nina pada petengahan tahun ini sudah mulai terasa. 

Mulai Juli 2016 hujan masih terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Dari prediksi BMKG, La Nina ini terjadi hingga bulan September 2016. 

Karena itu, La Nina akan membawa dampak pada produksi pertanian, khususnya produksi gula pertanian, yang diprediksi akan mengalami penurunan sekitar 10% hingga 20%.


Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan), Gamal Nasir mengatakan, pihaknya memprediksi akan terjadi penurunan rendemen gula dari sebelumnya 8% menjadi sekitar 7% saja akibat kondisi kemarau basah pertengahan tahun ini. 

Selain itu, musim giling juga mengalami kemunduran. "Kemarau basah tahun ini menyebabkan turunnya produksi gula, kalau kata pengamat penurunannya sekitar 10% - 20%," ujar Gamal, Selasa (12/7).

Ia mengatakan, kalau prediksi pemerintah sebelumnya produksi gula nasional bisa mencapai 2,6 juta ton. Namun karena terjadinya anomali cuaca, dimana kemarau basah terjadi pada pertengahan tahun, maka produksi gula akan turun di kisaran 2,3 juta ton hingga 2,4 juta ton. 

"Perhitungan taksasi gula akan kami lakukan pada bulan Agustus 2016," tambahnya.

Meskipun mengalami penurunan produksi gula, tapi Gamal bilang, harga gula ditingkat petani tidak akan mengalami kenaikan. Ini lantaran adanya wacana impor gula mentah (raw sugar). 

Kondisi ini akan berdampak ke gula konsumsi, dimana bila produksi gula petani menurun, maka akan ada rembesan gula rafinasi. Sementara itu, impor raw sugar secara psikologis akan menurunkan harga gula petani.

Kendati begitu, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan, pemerintah tengah mengantisipasi kondisi ini. Karena itu, meskipun nanti ada impor gula, tapi pemerintah akan tetap membeli gula petani dengan harga minimum RP 9.100 per kilogram (kg).

Thomas menjamin, berapa pun produks gula petani, pemerintah akan menjamin dibeli oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Karena itu, ia meminta para petani gula tidak perlu khawatir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan