Ada LinkAja, kerjasama BRI dan Alipay belum terlaksana



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI) ingga saat ini belum merampungkan kerjasama dengan dompet elektronik asal China, yakni Alipay. Padahal BRI telah menandatangi MoU sejak akhir 2018 lalu.

Direktur Konsumer BRI Handayani bilang ada beberapa kendala yang dihadapi perseroan terkait persiapan implementasi. “Kami sudah MoU, saat ini sedang siapkan untuk penetration test. Ini kan sistem baru, dengan format message yang dimiliki juga sangat berbeda sekali dengan yang biasa kami gunakan misalnya dengan Visa, Mastercard, atau JCB,” katanya kepada KONTAN, Selasa (13/3).

Jika rampung, transaksi dengan Alipay ini dapat dilaksanakan dengan memindai kode QR dinamis yang dihasilkan EDC milik perseroan. Sementara soal mata uang Handayani bilang kelak transaksi akan dikonversi dari renmibi ke rupiah. Namun ketika melakukan penagihan, BRI akan kembali menggunakan renmibi kepada Alipay. Nah, proses ini yang saat ini masih disiapkan perseroan.


“Kami mesti betul-betul tahu bagaimana settlement process dan dispute resolution. Jangan sampai transaksinya justru tidak geniune. Agar prosesnya juga baik dan tidak menimbulkan kerugian,” jelas Handayani.

Selain soal sistem, implementasi Alipay di BRI juga diakui terhambat lantaran dalam beberapa bulan terakhir perseroan tengah fokus mengintegrasikan ekosistem pembayaran digitalnya. Termasuk mengintegrasikannya dengan LinkAja.

“Di BRI sendiri kan memang sedang banyak produk (digital) baru. Kemarin ada LinkAja yang sudah dirilis, itu luar biasa sekali kerjanya. Kemudian ada BRI Mobile (BRIMo), dimana keduanya jadi prioritas kami,” paparnya.

Meski demikian, Handayani bilang BRI masih optimistis kerjasama dan implementasi penuh Alipay bisa terealisasi paling lambat akhir 2019. Di sisi lain, keberadaan Alipay tidak dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi LinkAja yang merupakan platform serupa. Alasannya kata Handayani, kedua produk ini punya pasar yang berbeda. Sebaliknya, kerjasama dengan Alipay dinilainya strategis untuk meningkat transaksi.

“Kalau LinkAja itu lebih kepada belanja kebutuhan sehari-hari seperti pulsa, bahan bakar. Sementara Alipay ini targetnya adalah wisatawan China yang berbelanja pada merchant kami di destinasi wisata populer. Karena para wisatawan tersebut hanya biasa pakai dua pola transaksi: mengunakan Alipay atau WePay,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini