JAKARTA. Keputusan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil alih semua tugas dan kewenangan terkait penataan dan konsolidasi partai dinilai sebagai upaya pembonsaian politik pada Anas. Pengamat politik menilai, konferensi pers SBY pada Jumat (8/2) malam banyak makna bersayap."Intinya, SBY sedang melakukan korporatisme politik atas posisi Anas. Istilah gampangnya, sedang melakukan pembonsaian politik, dengan memosisikan Anas masih sebagai Ketua Umum secara de jure, tapi secara de facto diambil alih Majelis Tinggi di mana SBY sebagai ketuanya," tutur pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, Jumat malam. Meski demikian, ketidaklugasan SBY dalam pidatonya itu bisa ditafsirkan berbeda oleh Anas Urbaningrum.Misalnya, lanjut Gun Gun, soal permintaan SBY ke Anas yang harus fokus ke masalah hukum yang dituduhkan. Ini karena, sampai sekarang, Anas belum menjadi tersangka. "Gaya bahasa SBY selalu demikian, high context culture, tidak to the point, diplomatis, meski maksudnya terbaca," kata Gun Gun. Dia melihat konsekuensi dari gaya bahasa SBY ini adalah secara wacana terlihat detail, tapi sebenarnya di banyak bagian ada makna bersayap. "Kalimat retoris yang multitafsir."Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini menambahkan, dalam posisi seperti ini Anas dan kawan-kawan juga akan melihat perkembangan dan belum akan mengambil langkah selanjutnya. Hal itu termasuk soal konsolidasi dengan DPD dan DPC yang merupakan basis pendukung Anas. "Saya yakin Anas masih akan memberi tafsir berbeda tentang posisinya," ucap Gun Gun. (Tribunnews.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ada makna bersayap dibalik pernyataan SBY?
JAKARTA. Keputusan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil alih semua tugas dan kewenangan terkait penataan dan konsolidasi partai dinilai sebagai upaya pembonsaian politik pada Anas. Pengamat politik menilai, konferensi pers SBY pada Jumat (8/2) malam banyak makna bersayap."Intinya, SBY sedang melakukan korporatisme politik atas posisi Anas. Istilah gampangnya, sedang melakukan pembonsaian politik, dengan memosisikan Anas masih sebagai Ketua Umum secara de jure, tapi secara de facto diambil alih Majelis Tinggi di mana SBY sebagai ketuanya," tutur pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, Jumat malam. Meski demikian, ketidaklugasan SBY dalam pidatonya itu bisa ditafsirkan berbeda oleh Anas Urbaningrum.Misalnya, lanjut Gun Gun, soal permintaan SBY ke Anas yang harus fokus ke masalah hukum yang dituduhkan. Ini karena, sampai sekarang, Anas belum menjadi tersangka. "Gaya bahasa SBY selalu demikian, high context culture, tidak to the point, diplomatis, meski maksudnya terbaca," kata Gun Gun. Dia melihat konsekuensi dari gaya bahasa SBY ini adalah secara wacana terlihat detail, tapi sebenarnya di banyak bagian ada makna bersayap. "Kalimat retoris yang multitafsir."Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute ini menambahkan, dalam posisi seperti ini Anas dan kawan-kawan juga akan melihat perkembangan dan belum akan mengambil langkah selanjutnya. Hal itu termasuk soal konsolidasi dengan DPD dan DPC yang merupakan basis pendukung Anas. "Saya yakin Anas masih akan memberi tafsir berbeda tentang posisinya," ucap Gun Gun. (Tribunnews.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News