JAKARTA. Pembahasan perpanjangan kontrak Blok Mahakam menemui babak baru. Pada Rabu (10/7) lalu, perwakilan Total EP Asia Pasific menemui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik. Dalam pertemuan itu, Total E&P mendesak Jero agar segera memastikan pengelolaan Blok Mahakam setelah kontrak Total E&P Indonesie berakhir pada tahun 2017 mendatang. Seperti diketahui, pada Rabu (10/7), Jero Wacik dan
Senior Vice President Total E&P Asia Pacific Jean Marie Guillermo bertemu di Kementerian ESDM. Jean mengatakan, dalam jamuan itu, pihaknya meminta Jero agar segera memastikan nasib Total E&P Indonesie di Blok Mahakam. Ini penting mengingat, perusahaan asal Prancis itu bakal mengucurkan dana sebesar US$ 7,3 miliar untuk menekan penurunan produksi gas di Blok Mahakam. Syaratnya, Total E&P dan Inpex harus memegang 35% porsi
Participating Interest (PI) di sana.
Sebelumnya Total E&P dan Inpex masing-masing memegang PI sebesar 50% di Blok Mahakam. Sementara sisanya, PI sebanyak 30% bakal diberikan ke Pertamina. Jean mengatakan, pihaknya juga meminta perpanjangan kontrak selama lima tahun ke depan. "Selama transisi itu, Total E&P akan membimbing pihak Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam," ungkap Jean dalam rilisnya kepada KONTAN pekan lalu. Mendengar penjelasan itu, konon Jero Wacik terpana. Dia menyatakan, pemerintah akan segera memutuskan nasib Total E&P di Blok Mahakam. Salah satu pertimbangannya, bakal ada tambahan investasi US$ 7,3 miliar yang bakal diberikan Total E&P untuk Blok Mahakam. Padahal, pada April lalu, Jero Wacik pernah menegaskan bahwa kepastian perpanjangan kontrak Total E&P di Blok Mahakam akan diputuskan oleh pemerintahan hasil Pemilihan Umum 2014. Perubahan sikap ini rupanya bukan tanpa sebab. Kabar yang sampai ke KONTAN, pertemuan antara Total E&P dengan Jero Wacik difasilitasi oleh Mandiri Oil, perusahaan migas yang kabarnya juga pernah dibantu oleh Jero saat ingin membeli Blok B Arun dan North Sumatera Offshore (NSO) di Nanggroe Aceh Darussalam milik ExxonMobil namun gagal. Bahkan santer tersiar kabar, pendiri Mandiri Oil datang ke Prancis untuk menemui petinggi Total E&P. Di sana, Mandiri Oil menjanjikan bisa mempertemukan perwakilan Total E&P dengan Jero Wacik. Tidak ada lobi Sumber KONTAN mengungkapkan, perubahan sikap Jero Wacik yang semula tidak ingin lagi membahas soal Blok Mahakam berbalik ingin membahas kembali, bisa jadi karena diminta oleh Mandiri Oil. "Mandiri Oil sudah intensif dua bulan lalu bekerja untuk memuluskan langkah Total E&P," ungkap dia. Namun, kata sumber itu lagi, belum jelas apa keinginan Mandiri Oil membantu Total E&P.
Head of Media Relations Department Total E&P Indonesia Kristanto Hartadi mengungkapkan, terkait perpanjangan kontrak Blok Mahakam selama ini, pihaknya memang sudah secara intens berhubungan dengan Menteri ESDM Jero Wacik, Wamen ESDM Susilo Siswoutomo, dan Dirjen Migas Edy Hermantoro. "Jadi, kalau ada yang memfasilitasi kami, saya tidak tahu soal itu. Kami kan selama ini sudah intensi berhubungan dengan pemerintah," ungkap dia. Kristanto juga membantah jika pertemuan itu difasilitasi oleh Mandiri Oil. "Saya belum pernah dengar nama itu (Mandiri Oil) terkait Blok Mahakam," ujar dia. Sementara itu, Susilo Siswoutomo, Wamen ESDM menjelaskan, pihaknya masih mengevaluasi soal keinginan Total E&P yang saat itu disampaikan. "Tapi, soal ada lobi-lobi dari Mandiri Oil, saya tidak tahu," kata dia. Pemain baru Mandiri Oil merupakan pemain baru di industri minyak dan gas bumi (migas) Tanah Air. Pada tahun 2011, anak usaha Grup Indoland ini ditunjuk pemerintah untuk mengelola Blok Sembilang di Natuna, sebuah lapangan migas yang sebelumnya dikelola oleh Conoco Philips.
Indoland Grup adalah pengembang properti bintang lima yang memiliki anak usaha lain di bidang properti dan telekomunikasi. Anak usaha Indoland di bidang properti adalah PT Indoland Bali Propertindo. Perusahaan tersebut memiliki The Bali Cliff, sebuah properti di Bali yang mengombinasikan pemandangan laut dan pengembangan yang istimewa. Satu lagi adalah The Intercontinental yang terletak di lokasi tujuan wisata terkenal di Bali, Sanur. Anak usaha lainnya adalah PT Bhakti Surya Telecomindo, perusahaan menara telekomunikasi yang memiliki 700 menara dan 150
in building site. Perusahaan ini melayani operator telekomunikasi besar dan multinasional. Ada juga anak usaha bernama PT Arun Petrogas. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan