Ada Merger FREN dan EXCL, Kinerja Emiten Telko Diprediksi Masih Positif di 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten telekomunikasi atau telko di tahun 2024 diprediksi masih akan positif. Hal ini seiring dengan pertumbuhannya yang juga terus meningkat.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, prospek emiten telekomunikasi disokong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan mencapai 5,1% di tahun ini. 

"Jika pertumbuhan ekonomi positif, maka tentu akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk konsumsi layanan telekomunikasi," ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (19/5). 


Selain itu, menurut dia, adanya rencana merger yang akan dilakukan oleh PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan menjadi katalis positif bagi industri telekomunikasi di  Indonesia. 

Sukarno menilai, merger ini akan menciptakan pemain telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar yang lebih besar. Meski begitu, dia memprediksi bahwa merger tersebut, akan membawa peta baru persaingan di sektor telekomunikasi, khususnya seluler di Indonesia. 

“Namun prospek kinerja ke depan jika merger itu berhasil, terutama berhasil mengintegrasi kedua perusahaan dengan baik, tidak menutup kemungkinan kinerjanya bisa tumbuh signifikan,” kata Sukarno. 

Selain itu, Sukarno mengatakan bahwa merger tersebut juga berpotensi besar meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing FREN dan EXCL, sehingga dapat mendorong pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. 

Lebih lanjut, sentimen lainnya yang membuat kinerja emiten telekomunikasi masih positif di tahun ini, Sukarno bilang, berasal dari peningkatan penetrasi internet Indonesia. Tren kenaikan ini diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat tingkat penetrasi internet di Indonesia masih terbilang rendah dibandingkan dengan negara tetangga, khususnya di Asia Tenggara.

Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham Indosat (ISAT), Simak Ulasannya

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Won Jonghoon juga melihat, jika kedua perusahaan tersebut bergabung, maka akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi sektor telekomunikasi.

Jonghoon mengatakan, merger tersebut berpotensi menghasilkan sekitar 95 juta pelanggan, yang serupa dengan basis pengguna ISAT sebesar 100,2 juta per kuartal I-2024 (1Q24). 

Namun, dia memprediksi bahwa kemungkinan akan ada sedikit penurunan ARPU setelah merger. Meski begitu, dalam jangka menengah dan panjang, ARPU berpotensi lebih meningkat dibandingkan dengan tingkat sebelum merger, setelah proses integrasi selesai. 

“ARPU EXCL diprediksi akan sebanyak Rp 44 ribu, sedangkan ARPU FREN Rp 26,5 ribu. Selain itu, dari sisi pendapatan, jika kedua perusahaan bergabung, pangsa pasar gabungan keduanya dalam hal pendapatan akan melebihi 20%,” kata Junghoon kepada Kontan.co.id, Jumat (17/5).

Sedangkan dari perspektif biaya, Junghoon bilang, kecenderungan biaya-biaya yang berlebihan akan berkurang sekitar 15%-25% setelah merger, yang diharapkan akan berdampak positif terhadap profitabilitas dalam jangka menengah dan panjang.

“Saya percaya, jika merger ini berjalan, maka akan memberikan dampak positif bagi sektor telekomunikasi. Saya melihat, baik pendapatan secara keseluruhan maupun ARPU di sektor telekomunikasi nantinya akan meningkat,” kata dia. 

Secara keseluruhan, Junghoon menilai penggabungan kedua perusahaan tampaknya telah memberikan dampak positif bagi industri secara keseluruhan. Selain itu, melihat harga saham ISAT yang melonjak secara signifikan pasca merger, diperkirakan EXCL juga akan mengalami momentum positif setelah merger.

Di samping itu, dia menegaskan bahwa dalam membahas harga saham EXCL saat ini, investor harus tetap berhati-hati. Sebab, meskipun fundamental EXCL sangat kuat tetapi jika valuasi FREN ditetapkan terlalu tinggi selama proses merger, maka hal ini dapat berdampak negatif terhadap EXCL. 

“Meskipun demikian, jika merger terjadi pada valuasi yang wajar dan dapat diterima pasar, saya yakin harga saham EXCL akan menguntungkan dalam jangka panjang,” imbuhnya. 

Baca Juga: Smartfren (FREN) dan XL Axiata (EXCL) Merger, Pengamat: Kompetisi Bisnis Telko Ketat

Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, sentimen yang membuat kinerja emiten telko masih positif di tahun ini, karena outlook peningkatan pengguna internet di tahun 2024 meningkat, seiring dengan kenaikan belanja infrastruktur digital pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. 

Dia juga mengatakan, emiten telko besar juga masih mengalami fundamental serta valuasi yang masih atraktif hingga saat ini. Selain itu, menurutnya, emiten telco juga memiliki prospek yang jangka panjang. 

“Sehingga hal tersebut bagus, karena ekspektasi pertumbuhan permintaan data, ketersediaan serta kemudahan akses ke data servis serta jasa yang makin murah, mengingat ketersediaan serta kemudahan akses dan makin banyak kompetitor, hingga ekspektasi pengembangan 5G dan lainnya, semua menjadi penopang untuk sektor telekomunikasi di masa depan," kata dia.

Arjun pun merekomendasikan buy untuk saham TLKM dengan target harga Rp 4.200 per saham.

Junghoon juga merekomendasikan buy untuk TLKM dengan target harga Rp 4.000 per saham. Sementara Sukarno merekomendasikan buy untuk EXCL, dengan target harga Rp 3.500 per saham, dan merekomendasikan trading buy untuk ISAT dengan target harga Rp 11.400-Rp 11.900 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati