JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, minat investor terhadap obligasi ritel Indonesia (ORI) 010 di pasar perdana cukup tinggi. Namun, bagaiamana prospeknya di pasar sekunder. Melihat pengalaman sebelumnya, penetrasi pasar sekunder surat berharga negarai (SBN) ritel, termasuk ORI sangat rendah.Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, transaksi SBN ritel per Oktober 2013 hanya Rp 142 miliar per hari. Adapun, total outstanding SBN ritel hingga saat ini (belum termasuk ORI 010) sebesar Rp 65,05 triliun. Perinciannya, ORI sebesar Rp 29,13 tirliun, dan sukuk ritel (sukri) senilai R 35,92 triliun. Dengan adanya tambahan ORI 010, maka total outstanding SBN ritel akan menjadi Rp 85,25 triliun. Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPU berharap, dengan adanya tambahan ORI 010, likuiditas SBN ritel di pasar sekunder bisa lebih cair. Lana Soelistianingsih, Analis Samuel Sekuritas berpendapat, likuiditas SBN ritel, termasuk ORI bisa lebih tinggi. "Tetapi, harus diingat juga, karakteristik investor ori adalah hold to maturity (dipegang hingga jatuh tempo)," ujarnya. Ia memperkirakan, transaksi ORI 010 akan ramai setelah masa minimum holding period berakhir. Adapun, masa holding period akan selesai pada 15 November 2013.Tetapi, ramainya transaksi pun diramalkan tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, para investor yang memburu di pasar sekunder pun akan memegang ORI hingga jatuh tempo yakni Oktober 2016 mendatang. Menurut Lana, ditengah espektasi inflasi yang terus menurun, kupon ORI 010 yang dibandrol 8,5% dinilai sangat menarik. "Tahun 2016, espektasi inflasi hanya 6%, jadi dengan memegang hingga jatuh tempo akan sangat menguntungkan," jelas Lana. Seperti diketahui, realisasi pemesanan pembelian yang disampaikan oleh agen penjual hingga 4 Oktober 2013 sebesar Rp 20,36 triliun.Namun, DJPU melakukan pengecekan ulang (cleaning data) atas pemesanan ORI 010 yang masuk. Dari hasil pengecekan ulang tersebut ditemukan sekitar Rp 163 miliar milik pemesan ganda. Sehingga, total emisi ORI 010 yang mulai ditawarkan pada 20 September 2013 hingga 4 Oktober 2013 yang disetujui pemerintah senilai Rp 20,205 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ada ORI010, bagaimana prospek di pasar sekunder?
JAKARTA. Tidak dapat dipungkiri, minat investor terhadap obligasi ritel Indonesia (ORI) 010 di pasar perdana cukup tinggi. Namun, bagaiamana prospeknya di pasar sekunder. Melihat pengalaman sebelumnya, penetrasi pasar sekunder surat berharga negarai (SBN) ritel, termasuk ORI sangat rendah.Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, transaksi SBN ritel per Oktober 2013 hanya Rp 142 miliar per hari. Adapun, total outstanding SBN ritel hingga saat ini (belum termasuk ORI 010) sebesar Rp 65,05 triliun. Perinciannya, ORI sebesar Rp 29,13 tirliun, dan sukuk ritel (sukri) senilai R 35,92 triliun. Dengan adanya tambahan ORI 010, maka total outstanding SBN ritel akan menjadi Rp 85,25 triliun. Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPU berharap, dengan adanya tambahan ORI 010, likuiditas SBN ritel di pasar sekunder bisa lebih cair. Lana Soelistianingsih, Analis Samuel Sekuritas berpendapat, likuiditas SBN ritel, termasuk ORI bisa lebih tinggi. "Tetapi, harus diingat juga, karakteristik investor ori adalah hold to maturity (dipegang hingga jatuh tempo)," ujarnya. Ia memperkirakan, transaksi ORI 010 akan ramai setelah masa minimum holding period berakhir. Adapun, masa holding period akan selesai pada 15 November 2013.Tetapi, ramainya transaksi pun diramalkan tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, para investor yang memburu di pasar sekunder pun akan memegang ORI hingga jatuh tempo yakni Oktober 2016 mendatang. Menurut Lana, ditengah espektasi inflasi yang terus menurun, kupon ORI 010 yang dibandrol 8,5% dinilai sangat menarik. "Tahun 2016, espektasi inflasi hanya 6%, jadi dengan memegang hingga jatuh tempo akan sangat menguntungkan," jelas Lana. Seperti diketahui, realisasi pemesanan pembelian yang disampaikan oleh agen penjual hingga 4 Oktober 2013 sebesar Rp 20,36 triliun.Namun, DJPU melakukan pengecekan ulang (cleaning data) atas pemesanan ORI 010 yang masuk. Dari hasil pengecekan ulang tersebut ditemukan sekitar Rp 163 miliar milik pemesan ganda. Sehingga, total emisi ORI 010 yang mulai ditawarkan pada 20 September 2013 hingga 4 Oktober 2013 yang disetujui pemerintah senilai Rp 20,205 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News