KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Medium Term Note (MTN) terus turun. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga semester I-2021, nilai penerbitan MTN baru mencapai Rp 502,5 miliar. Asal tahu saja, jumlah itu jauh dibandingkan penerbitan MTN di sepanjang 2020 yang masih sebesar Rp 6,75 triliun. Bahkan jumlah ini lebih rendah dibandingkan penerbitan sebelum pandemi Covid-19, di mana pada tahun 2019 jumlahnya mencapai Rp 15,8 triliun. Selain penurunan jumlah penerbitan, ternyata gagal bayar MTN juga membayangi. Berdasarkan KSEI, sepanjang Agustus hingga Rabu (18/8), terdapat dua MTN yang gagal bayar.
Pertama, PT Wadhe Putera Nusantara perusahaan yang mengelola Lippo Plaza Ekalokasari Bogor kembali gagal membayar bunga atas empat seri MTN Wadhe Putera Nusantara I tahun 2019. Kupon MTN tersebut sebesar 12,3%.
Kedua, PT Hotel Indonesia Natour juga gagal membayar bunga ke-7 MTN V Hotel Indonesia Natour Tahun 2019 yang menawarkan kupon sebesar 11,5%.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, kedua entitas yang mengalami gagal bayar tersebut termasuk dalam sektor bisnis yang mengalami risiko tinggi akibat pandemi Covid-19 seperti ritel, hotel, restoran, dan pariwisata.
Baca Juga: Pefindo terima mandat Rp 59,1 triliun penerbitan surat utang yang belum dilisting Di sepanjang tahun ini, dia memproyeksikan, penerbitan MTN akan turun dibandingkan dengan penerbitan di tahun lalu. Direktur Pefindo Hendro Utomo mengatakan, secara umum Pefindo menilai beberapa faktor yang membuat perusahaan mengalami tekanan dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
Pertama, perusahaan tersebut bergerak di kegiatan usaha yang terdampak signifikan oleh pandmei.
Kedua, perusahaan memiliki kewajiban keuangan jatuh tempo dalam jangka pendek dengan nilai yang cukup material.
Ketiga, perusahaan tidak memiliki dukungan likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang memadai juga berpotensi mengalami tekanan. Hendro mengatakan prospek kemampuan bayar MTN yang terbit di tengah pandemi bergantung pada fundamental perusahaan masing-masing. Alhasil, investor yang menerima tawaran MTN di tengah pandemi harus memperhatikan fundamental perusahaan penerbit MTN.
Baca Juga: BNI dan KB Bukopin siap terbitkan obligasi Fikri menambahkan, fundamental perusahaan bisa dilihat dari sektor bisnis yang dijalankan. "Pandemi mengubah adaptasi kebiasaan masyarakat dan ini juga berpengaruh pada cashflow perusahaan dalam jangka panjang," kata Fikri. Jika pandemi dipandang belum akan berakhir dalam waktu dekat, maka sektor yang bersinggungan erat dengan mobilitas harus investor nilai dengan hati-hati. Di sisi lain, MTN yang berasal dari penerbit yang bergerak dari sektor yang diuntungkan saat pandemi, seperti kesehatan,
e-commerce, teknologi dan pergudangan berpotensi memiliki
cashflow yang lebih kuat dalam jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari