Ada pandemi, produksi listrik nasional di tahun 2020 meleset dari target



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19 cukup mempengaruhi realisasi konsumsi dan produksi listrik di Indonesia sepanjang tahun lalu.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana memaparkan, konsumsi listrik per kapita nasional berada di level 1.089 kWh/kapita pada tahun 2020. Jumlah ini setara 95% dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 1.142 kWh/kapita.

Melesetnya capaian konsumsi listrik per kapita ini disebabkan adanya penurunan konsumsi di sektor industri dan bisnis yang notabene merupakan basis pelanggan besar di Indonesia. Di sisi lain, banyaknya kegiatan masyarakat yang mesti dilakukan di rumah membuat konsumsi listrik rumah tangga meningkat.


Baca Juga: Rasio impor listrik Indonesia 0,54% pada 2020, sebagian diimpor dari Malaysia

“Kenaikan konsumsi rumah tangga tidak bisa menutupi kekurangan konsumsi dari industri dan bisnis. Overall, konsumsinya tidak sesuai dengan target, tapi ini masih menggembirakan karena tetap di atas 90%,” ungkap dia dalam konferensi pers virtual, Rabu (13/1).

Sementara itu, produksi tenaga listrik nasional tercatat sebesar 272,42 TWh pada tahun lalu. Angka ini juga meleset dari target, lebih tepatnya baru mencapai 80% dari target awal yang ditetapkan sebesar 339,082 TWh.

Rida menyebut, produksi dan konsumsi listrik memang saling berkaitan. Sehingga apabila produksi listrik turun, maka konsumsi listrik juga ikut turun. Seretnya angka produksi listrik tentu mempengaruhi operasional pembangkit-pembangkit di Indonesia. “Ada pembangkit yang diturunkan capacity factor-nya untuk menghindari biaya yang besar,” ujar dia.

Pemerintah juga mencatatkan realisasi reserve margin yang kurang menggembirakan di tahun lalu, yakni sebesar 30,10% dari target awal sebesar 25%. Reserve margin merupakan indikator yang mencerminkan jumlah cadangan listrik di transmisi yang bisa diserap ketika ada kenaikan permintaan.

Baca Juga: Ini yang dilakukan Kementerian ESDM untuk cegah penambangan dan ekspor timah ilegal

Reserve margin ini memang tidak bisa dihindari mengingat pembangkit listrik terus menyala sepanjang waktu, namun pada dasarnya tetap bisa dikendalikan. Ketika reserve margin membengkak dari target, ini menjadi sinyal yang kurang baik karena biaya pengeluaran PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meningkat. “Paling tidak seharusnya tetap dekat-dekat dengan target,” imbuh Rida.

Terlepas dari itu, pemerintah masih membukukan realisasi jumlah pelanggan listrik yang positif yakni sebesar 78.663.155 pelanggan di tahun lalu atau setara 102% dari target sebesar 77.107.000 pelanggan.

Penjualan tenaga listrik yang bersubsidi juga mencapai 61.400,15 GWh, lebih besar dari target sebesar 60.079,83 GWh. Hal ini seiring gencarnya pemerintah dalam memberikan subsidi listrik kepada pelanggan-pelanggan kecil seperti rumah tangga yang terdampak pandemi Covid-19.

Selanjutnya: Sekitar 5.000 PLTD tua bakal dikonversi menjadi pembangkit EBT

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi