Ada Partner dari Rusia, Pendanaan di Proyek Kilang Tuban Macet



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban belum bisa berjalan karena macetnya pendanaan akibat efek sanksi Uni Eropa dan Pemerintah Inggris kepada pengembangan bisnis migas yang dijalankan perusahaan Rusia. 

Maklum saja, di dalam proyek GRR Tuban, PT Pertamina menggandeng partner Rusia, Rosneft. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memiliki kepemilikan saham 55% dan Rosneft memiliki kepemilikan saham 45%. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan, salah satu proyek hilir migas yang saat ini terkendala dan belum pasti ialah GRR Tuban. Dalam proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan Rusia. Padahal pemerintah meminta agar proyek tersebut bisa segera berjalan. 


“Persoalan ini karena efek dari sanksi (Uni Eropa ke proyek Rusia). Pertamina terkendala dengan efek sanksi itu jadi tidak mudah memproses pendanaan. Ini yang menjadi kendala,” ujar Tutuka saat ditemui di Jakarta, Rabu (25/10). 

Baca Juga: Kementerian ESDM Pastikan Proyek Kilang Tuban Masih Digarap Indonesia-Rusia

Hingga saat ini, pembangunan GRR Tuban masih dalam tahap persiapan yakni memproses final investment decision (FID). Tutuka menyatakan, kesiapan pendanaan di tahap ini sangat krusial demi memastikan jalannya proyek. 

“Kalau ini masih persiapan, masalahnya harus ada dana dulu untuk setelah persiapan selesai. Jadi kalau dana belum ada, masalah itu bisa berakibat (pada jalannya proyek),” kata Tutuka. 

Kementerian ESDM sendiri belum bisa memberikan arahan kepada Pertamina terkait masalah ini. Pihaknya meminta agar perusahaan migas pelat merah itu berkomunikasi dengan partnernya untuk mencari solusi yang terbaik. 

“Kalau pemerintah tidak bisa langsung mencari solusi untuk cari partner baru. Tetapi kalau Pertamina sendiri yang menjalankannya akan berat karena besar sekali proyeknya. Tetapi kami meminta Rosneft untuk cepat kepastiannya untuk diselesaikan,” tegasnya. 

Pasalnya, Tutuka mengemukakan, saat ini sudah ada sejumlah negara yang tertarik untuk bergabung dengan Pertamina di proyek GRR Tuban. Lantaran posisi proyek masih bersifat business to business (B2B) antara Pertamina dengan Rosneft, negara lain masih menunggu hingga persoalan ini selesai dahulu. 

“(Negara lain sudah tertarik masuk) karena besar sekali proyeknya. Namun di sisi lain, tentu perusahaan lain akan menghitung lebih cermat karena untungnya tidak sebesar seperti proyek hulu migas, jadi mereka hati-hati,” imbuhnya. 

Tutuka menyatakan, pihaknya masih menunggu proses yang sedang berjalan saat ini sembari membantu memfasilitasi kedua peruahaan mencapai kesepakatan terbaik.  Dalam waktu dekat, Kementerian ESDM akan bertemu dengan beberapa instansi terkait. 

Sebelumnya, Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman menyatakan, sudah berkomunikasi dengan Rosneft terkait pertimbangan implikasi perang Rusia-Ukraina. 

“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kita harus mengambil partner lain atau enggak untuk menyeimbangkan. Kita sudah komunikasikan, kan harus kita kasih tahu ke pihak Rosneft bahwa di saat konflik Rusia dengan Ukraina ada implikasi, mereka juga aware akan hal itu,” ujarnya saat ditemui di sela acara IPA Convex 2023, Kamis (27/7) silam.

Namun, Taufik menegaskan, kerja sama dengan Rusia masih tetap dijalankan. Menurutnya kontrak perusahaan patungan atau (joint venture/JV) harus diselesaikan dahulu.

“Joint venture kita harus selesai sampai ini Final Investment Decision (FID) karena itu sudah komitmen,” terangnya.

Kilang Pertamina Internasional menargetkan kesepakatan investasi Kilang Tuban terlaksana pada awal 2024.

Baca Juga: Pertamina: Pelaksanaan Proyek Kilang Tuban Masih Dilakukan Bersama Rosneft

Pada Juni lalu, Taufik pernah menyebutkan, Kilang Tuban tengah memasuki tahapan financial advisor. Tahapan ini diperlukan untuk mendukung kepastian pendanaan proyek.

Di saat bersamaan Kilang Pertamina Internasional juga mendorong persiapan teknis untuk bisa memulai konstruksi.

Selain itu, Kilang Pertamina Internasional menargetkan proses FID atau kepastian investasi bersama joint venture bisa dilaksanakan segera. "Harus bisa FID-kan proyek ini di kuartal I 2024, harus FID. Itu poin milestone-nya," tegas Taufik.

Proyek Kilang Tuban yang berdiri di atas lahan seluas 840 hektare di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Kilang Tuban dari total 70 unit dengan 14 unit pengolahan BBM dan 7 unit pengolahan petrokimia, dan sisanya merupakan unit pendukung.

Kilang Tuban sendiri ditargetkan dapat menjadi pemimpin industri dengan margin pengolahan tertinggi dibandingkan dengan kilang lain di Asia Tenggara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat