Ada Pemilu, Inflasi Tahun 2024 Diproyeksi Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhelatan pemilihan umum (pemilu) diperkirakan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, di sisi lain ekonom menyebut semarak pemilu juga berpotensi mengerek inflasi pada tahun 2024.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, tingkat inflasi akan berjalan seiringan dengan pertumbuhan ekonomi. Karenanya, dia prediksi inflasi di tahun pemilu akan lebih tinggi dari tahun ini, melihat pertumbuhan ekonomi yang juga diramalkan akan meningkat.

"Menurut saya juga, perbedaannya tidak terlalu jauh kalau dari prediksi ekonomi. Inflasi biasanya logikanya kalau ekonomi lebih bagus, mestinya juga lebih tinggi," ucap Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (3/8).


Baca Juga: Inflasi Diproyeksi Tak Naik Signifikan Jelang Pemilu 2024, Ekonom Beberkan Alasannya

Melihat dari kaca mata sekarang, Faisal memperkirakan inflasi pada tahun ini maksimal akan berada di angka 2,5%. Sementara itu, inflasi di tahun pemilu dia prediksi akan berada di kisaran lebih dari 2,5%, tetapi tidak akan menyentuh angka 3%.

Tidak hanya karena penyelenggaraan pemilu itu sendiri, Faisal menyebut kebijakan-kebijakan setelah pemilu bisa jadi akan turut mempengaruhi inflasi ke depannya.

Seperti halnya di tahun ini, dia melihat dorongan inflasi datang dari kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi harga sesuai acuan keputusan administratif (administered prices).

"Jadi harga-harga yang diatur oleh pemerintah seperti BBM, gas, listrik, dan lain-lain itu ditahan menjelang tahun pemilu, dan itu sudah disampaikan juga oleh pemerintah," lanjutnya.

Dia menambahkan, harga barang-barang yang mengacu pada keputusan pemerintah ini diperkirakan baru akan ditopang kembali di tahun depan. Sehingga, hal tersebut akan mendorong inflasi di tahun 2024 menjadi lebih tinggi.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat, inflasi di tahun pemilu akan dipengaruhi penurunan harga komoditas global sehingga cost push inflation melandai, tren inflasi di negara-negara maju, hingga aktivitas dari penyelenggaraan pemilu itu sendiri.

Dirinya memproyeksikan, inflasi di tahun pemilu akan berada kisaran 3% sampai dengan 4%.

"Tahapan pemilu menengah ke bawah rata-rata beli baju gitu kan, bisnis-bisnis yang berkaitan dengan pemilu meskipun efeknya segmentasi terbatas, dan juga kecil gitu, tetapi tetap ada dorongan inflasi dari pesta pemilu," imbuhnya.

Baca Juga: Inflasi Diproyeksi Menuju di Bawah 3%, Sejumlah Hal Ini Perlu Diwaspadai

Selain itu, Bhima memperkirakan kenaikan permintaan dari jasa transportasi bisa jadi akan mendorong inflasi, karena tingginya mobilitas serentak masyarakat di masa pemilu.

Bhima menegaskan, stabilitas harga dan stok untuk BBM bersubsidi dan LPG 3 Kg juga harus dijaga oleh pemerintah sampai 2024.

Menengok dari tren pemilu sebelumnya di tahun 2014, inflasi menyentuh angka 8,36% karena pengaruh langsung dari penyesuaian harga BBM.

"Itu 8,3% gitu ya jadi memang ada faktor ini sih BBM, ya itu yang 2 tahun berturut-turut terjadi kenaikan harga BBM jadi dari administered price-nya memang liar akhirnya dorong ke volatile food ya," katanya

Tekanan inflasi pangan dari El Nino menurutnya juga patut di waspadai, agar tidak sampai berpengaruh ke bulan Februari 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .