KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten yang tergabung dalam induk pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) MIND ID masih loyo. Dari tiga emiten MIND ID, hanya satu emiten yakni PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) yang laba bersihnya masih bertumbuh meskipun hanya
single digit. Sementara dua emiten lainnya yakni PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) dan PT Timah Tbk (
TINS) harus rela kinerja keuangannya tergerus. Performa sejumlah emiten tambang BUMN masih jauh dari ekspektasi. Untuk PTBA misalnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai, realisasi pendapatan PTBA pada sembilan bulan pertama 2023 berada di bawah estimasi Mirae Asset dan estimasi konsensus, dengan hanya mencerminkan masing-masing 66% dan 68% dari estimasi.
Baca Juga: Tertekan Harga Komoditas, Begini Prospek Kinerja ANTM, PTBA, dan TINS Untuk ANTM, Rizkia menilai pendapatan ANTM yang mencapai Rp 30,9 triliun masih sejalan dengan estimasi Mirae Asset dan estimasi konsensus. Dus, Rizkia mempertahankan proyeksi kinerja ANTM. Emiten logam tersebut diproyeksi membukukan pendapatan Rp 41,69 triliun dengan laba bersih Rp 3,70 triliun pada tahun ini. Rizkia juga meningkatkan rekomendasi saham ANTM menjadi
buy (dari sebelumnya
trading buy) dengan target harga Rp 2.175 per saham. Kekhawatiran utama terhadap ANTM adalah volume penjualan feronikel (FeNi) pada kuartal III-2023 yang berada di bawah ekspektasi karena jadwal penjualan yang ditunda ke Kuartal IV-2023. “Kami juga tetap mewaspadai kondisi kelebihan pasokan
(over supply) di pasar nikel kelas 2 global saat ini, yang dapat mempengaruhi harga nikel di masa mendatang,” kara Rizkia, Kamis (2/11).
Baca Juga: Penurunan Harga Komoditas Menggerus Kinerja Emiten Tambang BUMN Lain dengan ANTM, Rizkia merevisi turun proyeksi kinerja PTBA dengan berkaca pada realisasi kinerja teranyar. Dengan mengacu pada faktor dinamika harga batubara global dan domestik saat ini, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) PTBA hanya akan berada di rentang Rp 975.000 per ton sampai Rp 1 juta per ton. Alhasil, Rizkia menurunkan proyeksi pendapatan PTBA pada 2023 sebesar 7,2% menjadi Rp 38,9 triliun, dengan proyeksi penurunan EBITDA sebesar 23,8% menjadi Rp 7,7 triliun. Sedangkan estimasi laba bersih PTBA dipangkas 24,0% menjadi Rp 5,3 triliun pada tahun ini. Proyeksi tersebut menghasilkan target harga saham PTBA yang lebih rendah, yakni menjadi Rp 2.250 per saham dari sebelumnya Rp 2.875. Namun, Mirae Asset tetap menyematkan rekomendasi
hold terhadap saham PTBA. Potensi
upside kinerja PTBA dalam waktu dekat bergantung pada skema mitra instansi pengelola (MIP) batubara nasional, yang diperkirakan akan dimulai pada akhir tahun 2023 atau awal tahun 2024.
Baca Juga: Laba Meningkat, Tapi Harga Saham Blue Chip Ini Terus Melorot, Saatnya Beli Atau Jual? Sementara itu, Senior Equity Analyst Jasa Utama Capital Sekuritas Samuel Glenn Tanuwidjaja mengatakan, strategi investasi yang bisa diterapkan terhadap PTBA yakni disarankan untuk menunda
trading buy untuk menghindari
heavy loss dengan pertimbangan harga saham yang mulai menggambarkan harga wajarnya. Investor bisa memilih untuk menerapkan strategi
buy and hold sampai kondisi ekonomi China kembali normal. Glenn memasang target harga saham PTBA di Rp 2484 per saham, dengan estimasi
forward earning per share (EPS) Rp 552 per lembar dan dengan
implied price to earnings ratio (PER) sebesar 4,5 kali. Sementara untuk saham ANTM, bagi investor yang
risk averse disarankan untuk melakukan
trading buy karena sentimen-sentimen makroekonomi diprediksi akan mendominasi pergerakan emas sampai akhir kuartal II sampai kuartal III-2024. “Sehingga mungkin di periode tersebut disarankan tidak melakukan banyak
buying position untuk ANTM,” pungkas Glenn. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati