Ada Potensi Kenaikan Kunjungan Rumah Sakit, Intip Prospek SILO, HEAL, MIKA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten rumah sakit telah merilis laporan keuangan pada kuartal I 2023 dengan hasil yang beragam. Ketiga emiten ini adalah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL).

Dari ketiga emiten, hanya Siloam yang mencatat kenaikan pendapatan dana laba. Meski pendapatan naik, laba Hermina justru turun di tiga bulan pertama 2023. Sementara Mitra Keluarga mencatat penurunan pendapatan dana laba bersih.

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan SILO di kuartal pertama tahun ini meningkat 19,37% menjadi Rp 2,65 triliun. Laba bersih Siloam bahkan melejit 151,39% menjadi Rp 249,61 miliar dari sebelumnya Rp 99,29 miliar.


Medikaloka Hermina meraup pendapatan Rp 1,35 triliun di periode Januari-Maret 2023, meningkat 12,5% secara tahunan. Tetapi laba bersih HEAL turun tipis 2,10% menjadi Rp 108,90 miliar dari sebelumnya Rp 111,25 miliar.

Pendapatan Mitra Keluarga turun 5,5% menjadi Rp 1,03 triliun dari sebelumnya Rp 1,09 triliun. Laba bersih MIKA melorot 14,37% menjadi Rp 230,63 miliar pada kuartal I 2023 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 269,36 miliar. 

Baca Juga: Pendapatan Bersih Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Kuartal I Turun 5,96%

Kepala Riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima menilai, kinerja emiten rumah sakit cenderung variatif. Emiten rumah sakit yang memiliki eksposur untuk segmen kelas atas seperti SILO dan HEAL mampu membukukan pertumbuhan pendapatan sepanjang 2022 dan berlanjut hingga ke kuartal pertama 2023. 

Sementara itu, emiten rumah sakit yang berfokus ke segmen kelas menengah seperti MIKA cenderung tertekan pada 2022 dan kuartal I 2023 karena daya beli masyarakat cenderung belum pulih setelah dihantam oleh tekanan inflasi.

"Adapun untuk tahun 2023, emiten rumah sakit diperkirakan akan mampu mencetak pertumbuhan pendapatan di atas 10%," kata Raphon kepada Kontan.co.id, Kamis (4/5).

Tekanan inflasi yang mereda diperkirakan membuat tingkat kunjungan berobat ke rumah sakit akan kembali meningkat. Selain itu tekanan dari beban akibat depresiasi rupiah yang terjadi pada 2022 sudah mereda di tahun 2023. 

Penguatan nilai tukar rupiah juga bisa menekan beban bahan baku emiten. Sementara sentimen negatif bagi emiten rumah sakit berasal dari persaingan di segmen kelas atas. Karena golongan kelas atas memiliki akses kembali untuk berobat ke luar negeri setelah tidak adanya lagi pembatasan Covid-19.

Baca Juga: Tingkat Keterisian Tempat Tidur RS Meningkat, Kemenkes: BOR Nasional 8,1%

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, performa kinerja sektor rumah sakit didorong oleh tingkat kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap.

"Terkendalinya kasus Covid-19 mendukung kenaikan volume pasien rawat jalan yang selama ini menahan diri berobat saat pandemi," kata Cheril.

Cheril meyakini rendahnya kasus Covid-19 bisa menjadi katalis positif bagi emiten rumah sakit. Pasalnya, tren berobat masyarakat akan terus berlanjut sehingga bisa semakin mendorong volume kunjungan pasien pada tahun ini.

Selain itu, ada kebijakan pemerintah pada awal tahun yang merevisi aturan tentang jaminan kesehatan nasional (JKN) berupa kenaikan tarif dan skema baru. 

Baca Juga: Kasus Covid Kembali Naik, Kemenkes Minta Masyarakat Lakukan Vaksinasi Booster

Cheril mengatakan, HEAL menjadi emiten rumah sakit yang diunggulkan lantaran pendapatannya didominasi dari pasien JKN. Selain itu HEAL juga berpotensi untuk meningkatkan biaya layanan. 

Cheril merekomendasikan beli saham HEAL dengan target harga Rp 1.500 per saham. Dia merekomendasikan hold untuk saham SILO dengan target harga Rp 1.750 per saham. Dia melihat, SILO memiliki potensi kenaikan volume pasien dan valuasi yang lebih murah daripada peers meskipun porsi JKN tidak sebesar HEAL dan masih dalam upaya digitalisasi tenaga kerja.

Sementara, Raphon merekomendasikan saham MIKA dengan target harga Rp 3.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati