KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten menara telekomunikasi dibayangi oleh kenaikan suku bunga dalam negeri maupun global. Pasalnya, para emiten ini harus menarik utang untuk melakukan ekspansi. Ternayar, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) melalui anak usahanya mendapatkan pinjaman berjangka dari PT Bank Permata Tbk (
BNLI) sejumlah Rp 1,5 triliun pada 1 Desember 2022. Jika ditilik lebih dalam, total liabilitas jangka pendek TOWR mencapai Rp 13,60 triliun per 30 September 2022. Pada periode yang sama, liabilitas jangka panjangnya senilai Rp 36,70 triliun.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) mencatatkan liabilitas Rp 30,22 triliun per 30 September 2022. Rinciannya, Rp 8,58 triliun liabilitas jangka pendek dan Rp 21,64 triliun jangka panjang.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Sudah Siapkan Capex untuk Ekspansi di 2023 Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi bilang kenaikan suku bunga akan cukup berdampak bagi emiten yang memiliki porsi utang yang besar, apalagi jika menggunakan tingkat bunga mengambang. "Meki begitu emiten menara khususnya untuk pemain besar masih cukup kuat. Apalagi yang memiliki rasio utang wajar untuk industri menara," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (14/12). Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengungkapkan, secara umum bisnis perusahaan infrastruktur menggunakan belanja modal alias
capital expenditure (capex) dari utang. Namun secara umum penarikan utang tenornya dalam jangka panjang. Steven memperkirakan era suku bunga tinggi diperkirakan hanya berlangsung sampai akhir semester satu 2023. "Jadi beban bunga di laporan keuangan, seperti TOWR dan TBIG tidak akan naik signifikan, tapi memang naik tidak signifikan," imbuh dia.
Baca Juga: Kinerja Tumbuh, Prospek Emiten Menara Telekomunikasi Positif Selain itu, Steven menyebut bunga utang korporasi yang emiten menara ini jauh lebih lebih ringan dibandingkan dengan bunga yang diterapkan konsumen langsung. Apalagi utang ini digunakan untuk ekspansi.
"TOWR dan TBIG rajin melunasi utang lama yang tinggi dengan menerbitkan utang yang bunga lebih rendah baik perbankan maupun obligasi," kata dia. Henan Putihrai Sekuritas memilih
MTEL menjadi
top picks dengan target harga di Rp 900 per saham dan rekomendasi beli. Pada penutupan Rabu (14/12), MTEL parkir di level Rp 770 per saham. Sementara Panin Sekuritas merekomendasikan beli TOWR dengan target harga di Rp 1.400 per saham dan
hold TBIG di target harga Rp 2.740 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati