KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Via PP 33/2020, pemerintah membuka ruang buat menjual aset bank gagal selain bank sistemik kepada bank lainnya yang diejawantahkan sebagai Bank Penerima. Sejumlah bank jumbo berminat menadah aset-aset bank bermasalah ini. Dalam penjelasan beleidnya, Bank Penerima dijelaskan sebagai bank yang menerima pengalihan sebagian atau seluruh aset dan/atau kewajiban bank gagal.
Baca Juga: Proses implementasi kartu debit chip Bank Mandiri terhambat pandemi corona Bank Penerima mulai dicari calon saat sebuah bank ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai bank dalam pengawasan khusus (BDPK), status yang disandang sebuah bank sebelum dinyatakan sebagai bank gagal. Sebelum ditetapkan sebagai BDPK, sebuah bank ditetapkan sebagai bank dalam pengawasan intensif (BDPI). Sayangnya, belum ada kriteria yang dijelaskan dalam beleid tersebut. Meski demikian, proses pengalihan aset akan tetap dilakukan secara B2B. Sebab bank gagal mesti menggelar uji tuntas (
due diligence) sebelum menjual aset-asetnya. Sementara sejumlah bank-bank jumbo di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 menyatakan ketertarikannya untuk menadah aset-aset bank bermasalah ini. “Selama aset-aset yang akan dialihkan benar-benar berkualitas baik, kami bisa saja mengakuisisinya. Sepanjang proses uji tuntas juga dilakukan dengan baik,” kata Direktur Kredit PT Bank Danamon Tbk (
BDMN) Dadi Budiana kepada Kontan.co.id, Jumat (10/7).
Baca Juga: Transaksi kartu debit BNI di e-commerce capai Rp 500 miliar selama semester I Sementara Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) Herry Sidharta bilang, meski bakal banyak yang berminat, namun bank akan tetap selektif pilah-pilih aset-aset yang siap dibelinya dari bank gagal. “Kalau asetnya berkualitas bagus pasti semua bank mau, tinggal apakah aset yang dijual sesuai dengan kriterianya, apakah sesuai dengan segmen bisnisnya,” ungkap Herry kepada kontan. Sedangkan Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) Catur Budi Harto menyatakan belum mempertimbangkan untuk mengambil langkah serupa. Ia mengaku kini, perseroan masih fokus untuk merestrukturisasi kreditnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi