Ada proyek rebuild furnace, simak perkiraan produksi nikel Vale Indonesia (INCO)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diperkirakan akan menurun tahun ini. Hal ini disebabkan adanya proyek pembangunan ulang  tungku (rebuild furnace) 4 yang diagendakan tahun ini.  

Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, proyeksi produksi tahun ini masih akan di bawah 70.000 ton. Terkait angka pasti produksi tahun ini, Vale Indonesia akan menginformasikannya lebih lanjut.

Saat ini INCO terus memonitor perkembangan persiapan proyek rebuild furnace 4. “Beberapa persiapan masih terkendala karena situasi pandemi,” terang Bernardus kepada Kontan.co.id, Kamis (4/2).


Catatan Kontan.co.id, proyek ini akan berlangsung pada Mei hingga November 2021. Bernardus mengaku belum ada keputusan terkait perubahan timeline pelaksanaan rebuild ini, tergantung dari perkembangan persiapan.

Baca Juga: Produksi nikel Vale Indonesia (INCO) naik 2% sepanjang tahun lalu

Sebagai gambaran, INCO memproduksi 72.237 metrik ton nikel dalam matte sepanjang 2020. Realisasi ini naik 2% dibandingkan capaian pada 2019 yakni 71.025 ton. Hanya saja, capaian ini berada sedikit di bawah rencana produksi baru yang dipasang INCO tahun lalu, yakni di kisaran 73.000 ton.

Bernardus mengamini, angka produksi ini memang sedikit lebih rendah dari angka yang diumumkan sebelumnya. Hal ini karena adanya pemeliharaan terencana (planned maintenance) yang memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan.

Tetapi, angka ini masih pada kisaran angka produksi yang diharapkan Vale Indonesia. “Di tengah-tengah tantangan beroperasi dalam kondisi pandemi, angka tersebut kami anggap cukup baik,” sambung dia.

Baca Juga: Saham komoditas pilihan analis untuk pekan pertama Februari 2021

Adapun INCO masih berfokus pada proyek smelter di Pomalaa dan Bahodopi. INCO fokus menyelesaikan semua persyaratan final investment decision (FID), terutama dalam hal perizinan dan juga persiapan teknis.

Kontan.co.id mencatat, tahun ini INCO menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 130 juta. Sebagian besar capex ini digunakan untuk rebuild furnace 4, pengembangan infrastruktur tambang, dan peremajaan alat.

Alokasi capex ini seluruhnya berasal dari kas internal. Adapun tahun lalu, konstituen Indeks Kompas100 ini menyerap sekitar US$120 juta untuk belanja modal, seperti yang sudah direncanakan.

Bernardus pun masih memasang mode optimis terhadap harga nikel tahun ini. “Kami optimis, paling tidak sampai dengan kuartal keempat, harga nikel akan masih berada di level saat ini. Beberapa analis juga menyatakan hal yang sama,” pungkas Bernardus. 

Baca Juga: Harga nikel naik, Vale Indonesia (INCO) pilih tetap berhati-hati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati