Ada QRIS Tuntas, Bagiamana Nasib Agen Laku Pandai Perbankan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) memperluas fungsi QRIS menjadi bisa melakukan transfer, tarik tunai hingga setor tunai. Fungsi tersebut tentunya diharapkan bisa memperluas inklusi akses pembayaran digital.

Memang, fitur tersebut menawarkan biaya yang lebih murah dibandingkan jika menggunakan layanan agen laku pandai. Sebagai informasi, laku pandai adalah program dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membuat bank memiliki layanan keuangan tanpa kantor.

Sebagai gambaran, fitur QRIS menawarkan biaya tarik tunai antar penyedia jasa pembayaran (PJP) dan agen senilai Rp 6.500 per transaksi. Itu lebih murah dibandingkan jika tarik tunai melalui agen yang bisa di kisaran Rp 10.000 hingga Rp 20.000.


Baca Juga: BI Jajaki Perjanjian Penggunaan Uang Lokal dengan Tiga Negara Ini

Sama halnya dengan fitur setor tunai, QRIS mengenakan biaya setor tunai senilai Rp 5.000 per transaksi. Jika melalui agen, layanan setor tunai juga bisa dikenakan biaya di kisaran Rp 10.000 hingga Rp 20.000.

Meski QRIS kini menawarkan biaya yang lebih murah, sumber yang dekat dengan OJK mengungkapkan bahwa fungsi agen laku pandai ini tak akan berdampak signifikan pada jumlah agen yang ada saat ini.

“Mungkin yang agen laku pandai bisa jadi agen QRIS,” ujar sumber tersebut.

Tak hanya itu, sumber tersebut juga mengatakan bahwa agen laku pandai saat ini tidak sekadar memberikan layanan tarik tunai maupun setor tunai. Ia bilang ada layanan baru yang bisa diberikan oleh agen laku pandai ini, yaitu menyalurkan kredit dan asuransi mikro.

Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso Liem mengungkapkan, sejatinya keperluan agen-agen tersebut masih dibutuhkan untuk menjadi agen yang menyediakan QRIS untuk tarik tunai hingga setor tunai ini.

Ia bilang sejatinya adanya fungsi terbaru dari QRIS itu untuk menyamaratakan tarif yang selama ini berbeda-beda tiap PJP. Harapannya, itu bisa menambah jumlah volume transaksi yang ada.

“Tarif itu sudah disepakati dengan industri dan itu menjadi konsekuensi dari PJP untuk mengamankan kebijakan tersebut,” ujar Santoso.

Sementara itu, Santoso melihat itu tidak bisa dilihat apakah jumlah agen ini akan menurun atau tidak. Menurutnya, itu tergantung dengan bisnis model dari tiap-tiap bank.

“Kalau memang bank main di rural area ya pasti kebutuhan agen tetap ada,” ujarnya.

Baca Juga: Pandu Sjahrir: QRIS Bakal Bisa Digunakan di Jepang dan Hongkong

Direktur Layanan dan Jaringan BNI Ronny Venir bilang, kebutuhan terhadap Agen46 milik BNI tergantung pada karakteristik transaksi masyarakat yang ada di area si agen. Dalam hal ini, lebih sering menggunakan transaksi serta layanan apa yang digunakan.

Ronny juga menyebut QRIS tuntas ini akan menjadi alternatif fitur yang mendorong kemudahan bagi Masyarakat dan BNI Agen46 dalam melakukan transaksi yang tentunya membawa nilai positif bagi perbankan, khususnya dalam menekan cost operasional.

Perkembangan BNI Agen46 dari tahun ke tahun memang masih menunjukkan pertumbuhan. Di Juni 2023, jumlah agen mencapai 173.000 atau tumbuh 7,9% secara tahunan dengan nilai transaksi mencapai Rp 37,6 juta.

“Sampai dengan posisi Agustus 2023, Terdapat lebih dari 182 ribu BNI Agen46,” ujar Ronny.

Ia melihat fitur QRIS itu bisa menjadi potensi bisnis baru yang dapat diintegrasikan dan disinergikan pada layanan BNI Agen46. Sehingga, ada peningkatan transaksi yang dihasilkan.

“itu akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan dari BNI Agen46 itu sendiri dan terhadap peningkatan Laba bagi BNI secara umum,” ujarnya.

Corporate Secretary BRI  Agustya Hendy Bernadi melihat bisnis keagenan ini masih akan terus meningkat di masa mendatang. Ia bilang hingga akhir kuartal II/2023, bisnis agen laku pandai atau biasa dinamakan AgenBRILink tercatat masih tumbuh positif. 

Dari sisi jumlah agen, tercatat BRI telah memiliki 666 ribu agen, atau tumbuh 17% yoy dengan volume transaksi mencapai Rp 675,8 triliun dalam periode Januari–Juni 2023.

“saat ini Agen BRILink telah menjangkau lebih dari 58 ribu desa, atau mengcover sekitar 78% desa di Indonesia,” ujar Hendy.

Menurut Hendy, penetapan biaya QRIS dengan harga yang lebih murah dibandingkan mekanisme transfer lainnya oleh BI diharapkan akan mendorong masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan,untuk berpindah dari transaksi konvensional menjadi digital. 

“Hal ini akan berdampak positif bagi BRI karena dapat mengurangi transaksi tunai yang selama ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi