KONTAN.CO.ID - Apa yang harus dilakukan saat terjadi tsunami kemungkinan menjadi pertanyaan bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di bagian selatan Pulau Jawa. Seperti yang diketahui, hasil riset peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait potensi gempa megathrust M 9,1 yang menyebabkan kemungkinan tsunami 20 meter di Selatan Pulau Jawa, menjadi sorotan dan menimbulkan keresahan masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) secara tegas kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa penelitian dilakukan untuk memperkuat mitigasi, jadi masyarakat tidak perlu panik.
Dikutip dari pemberitaan
Kompas.com, Selasa (29/9/2020), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa ragam dan memperbanyak penelitian memang perlu dilakukan karena Indonesia adalah negara yang memang berpotensi rawan bahaya gempa bumi dan tsunami. Lantas, apa yang harus dilakukan saat terjadi tsunami?
Baca Juga: Catat! Panduan BMKG soal evakuasi darat peringatan dini tsunami di tengah pandemi Tanda awal sebelum tsunami
Dirangkum dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, tsunami memiliki tanda sebelum terjadi yang bisa dipelajari sehingga bisa meminimalisir jatuhnya korban jiwa. Berikut adalah tanda awal sebelum terjadinya tsunami:
Pemicu awal terjadinya tsunami adalah gempa bumi besar yang terjadi disekitar pantai dan laut. Gempa berkekuatan 6,5 SR bisa menjadi pemicu terjadinya gempa bumi.
Tanda terjadinya tsunami yang paling jelas adalah air laut yang terlihat surut secara tiba-tiba. Jika melihat tanda ini, segera menyelamatkan diri karena tsunami akan muncul dan menghantam daratan. Semakin jauh surutnya maka akan semakin kuat tsunami yang akan dihasilkan.
Menurut beberapa pakar menyebutkan sebelum terjadinya tsunami, akan terdengar suara gemuruh seperti kereta. Suara gemuruh tersebut.
Baca Juga: Sumber dentuman misterius di Jakarta akhirnya terjawab, ternyata bukan suara petir