KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan
rebalancing atau penyesuaian pada sejumlah indeks. BEI telah melakukan evaluasi mayor pada indeks IDX30, LQ45, IDX80, dan Kompas100 serta evaluasi minor untuk MNC36 dan SMinfra18. Daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan pada indeks-indeks tersebut akan efektif berlaku pada tanggal 2 Februari 2022. Untuk indeks IDX30 dan LQ45, dilakukan evaluasi mayor dengan periode efektif konsituen Februari sampai dengan Juli 2022. Jika dilihat dari
rebalancing yang dilakukan, dua emiten rokok yakni PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP) keluar dari konstituen penghuni IDX30. Posisi GGRM dan HMSP digantikan oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT).
Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Saham-Saham LQ45 Periode Februari-Juli 2022 Di keanggotaan indeks LQ45, ada lima emiten yag tergeser. Kelima emiten ini adalah
- PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
- PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
- PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
- PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Sedangkan lima emiten yang masuk ke jajaran LQ45 adalah
- PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
- PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN)
- PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
- PT Harum Energy Tbk (HRUM)
- PT Waskita Karya Tbk (WSKT)
Baca Juga: GGRM dan HMSP Keluar, Ini Daftar Lengkap Penghuni IDX30 Periode Februari-Juli 2022 Melihat hasil
rebalancing tersebut, dua emiten properti tergusur dari jajaran LQ45. Padahal, tahun 2021 lalu digadang-gadang sebagai momentum kebangkitan sektor properti. Tapi, tampaknya kondisi itu belum berdampak signifikan bagi transaksi di bursa saham. Helen, Analis Phillips Sekuritas mengungkapkan bahwa selain prospek usaha, kinerja keuangan dan kapitalisasi pasar, kriteria untuk masuk menjadi anggota LQ45 antara lain adalah saham dengan transaksi terbesar. Sehingga saham-saham yang aktif ditransaksikan berpotensi untuk masuk ke jajaran LQ45. Meski ada perbaikan dari sektor properti secara industri, valuasi transaksi cenderung didominasi oleh sektor-sektor tertentu seperti keuangan, teknologi dan pertambangan. Kondisi ini antara lain didorong oleh harga komoditas yang menanjak serta maraknya digitalisasi. Helen melihat pada tahun ini kemungkinan ekspektasi pelaku pasar terhadap pertumbuhan industri properti bisa berdampak lebih signifikan dalam transaksi saham. "Kalau dari segi kinerja, tren pemulihan properti pada tahun ini diperkirakan lebih baik dari tahun sebelumnya," kata Helen kepada Kontan.co.id, Selasa (25/1).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham untuk Sejumlah Emiten Tambang Hal senada juga disampaikan oleh Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana. Hasil dari
rebalancing ini menggambarkan transaksi sektor properti dalam enam bulan terakhir cenderung sepi. "Kalau memang sektor properti sudah dipandang membaik, seharusnya akan ramai transaksi dan bisa masuk lagi di Agustus nanti," ungkap Wawan. Wawan pun menyoroti sejumlah pendatang baru LQ45 di periode ini. HRUM misalnya, dinilai memiliki prospek menarik seiring dengan lonjakan harga komoditas batubara. Selain itu, ada WSKT yang kinerjanya tampak semakin membaik. Di sisi lain, AMRT juga terdorong prospek mocernya sektor
consumer goods seiring pemulihan ekonomi. Lalu ada EMTK yang dinilai atraktif dengan paparan yang besar ke segmen teknologi.
Baca Juga: Ini Saham-Saham Pengisi Indeks Kompas100 Periode Februari-Juli 2022 Secara umum, saham-saham yang masuk ke dalam indeks tersebut dalam jangka pendek bisa menguat karena
fund manager akan
switching dari saham-saham yang tergeser. Tapi, Wawan mengingatkan bahwa dalam jangka panjang pelaku pasar akan kembali melihat fundamental masing-masing emiten. "Harap diingat kriteria IDX30 dan LQ45 adalah likuiditas. Jadi tidak semua yang masuk ke situ adalah
blue chip dengan fundamental baik," ujar Wawan.
Senada, Helen juga mengatakan bahwa umumnya saham pendatang baru cenderung akan menguat. Sedangkan saham yang keluar memiliki peluang untuk melemah, lantaran beberapa
fund manager berpotensi melakukan
rebalancing terkait perubahan indeks tersebut. Terutama bila dana kelolaan berpatok pada indeks LQ45. "Efeknya dalam jangka pendek. Tentu saja, investor akan tetap memperhatikan kinerja dari emiten yang bersangkutan," tandas Helen.
Baca Juga: Simak Saham-Saham Penghuni IDX80 Periode Februari-Juli 2022 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati