KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) buka suara perihal wacana impor beras 500.000 ton. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo mengatakan, dalam memutuskan suatu kebijakan pangan seperti impor beras mesti dilakukan pembahasan dengan kementerian/lembaga terkait. Arief mengatakan, beberapa waktu lalu presiden bersama kementerian/lembaga membahas cadangan beras pemerintah (CBP). Salah satu hasilnya adalah mengutamakan pemenuhan CBP melalui pengadaan produksi beras dalam negeri.
Baca Juga: Bulog Telah Menerima Surat dari Bapanas untuk Pengadaan Beras dari Luar Negeri Apabila target cadangan beras pemerintah (CBP) yang dilakukan Bulog belum tercapai. Maka dilakukan opsi pengadaan beras dari luar negeri. Penggunaannya pun hanya untuk program pemerintah seperti stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dan lainnya. “Target pengadaan 70% dari 2,4 juta dilakukan pada semester I-2023,” ujar Arief ditemui usai rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Senin (27/3). Adapun hingga saat ini, belum terbit rekomendasi teknis terkait wacana impor beras tersebut. Seperti diketahui, kewenangan penerbitan rekomendasi teknis berada di bawah Kementerian Pertanian. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso meyakini pihaknya dapat melakukan penyerapan beras optimal pada panen raya saat ini. Bulog semaksimal mungkin pada panen raya ini akan melakukan penyerapan sebanyak 70% dari target 2,4 juta ton. “Ini yang sudah menjadi kesepakatan dan komitmen kami,” ucap pria yang kerap disapa Buwas itu. Dalam proses perjalanannya, Bulog mengakui kebutuhan suplai untuk operasi pasar mulai Agustus 2022 lima kali lipat dari biasanya. Sehingga cadangan beras yang ada di Bulog terserap banyak. Kemudian, kuota impor beras 500.000 ton yang telah terealisasi sebelumnya telah 100% terealisasi untuk stabilisasi harga dan pasokan. Buwas mengatakan, stok Beras yang ada di Bulog saat ini sekitar 227.000 ton. “Penyerapan dari dalam negeri dari Januari hingga hari ini panen raya kita bisa menyerap 55.000 ton, dimana CBP 23.000 ton dan komersil 32.000 ton, kenapa kita serap dengan komersil karena harga sudah tidak bisa kita serap dengan harga HPP,” terang Buwas. Buwas menambahkan, Bulog juga melakukan penugasan untuk menyuplai bansos beras kepada 21,6 juta keluarga penerima manfaat (KPM) selama maret-mei 2023. Kebutuhan untuk bansos beras tersebut adalah 210.000 ton.
Baca Juga: Pemerintah akan Impor 2 Juta Ton Beras, Pengamat: Keputusan Pahit dan Sulit “Kalau perlu kita kurangi 210.000 ton, maka kita tinggal punya sekitar 17.000 – 18.000 ton, belum kita tetap melaksanakan operasi pasar,” ucap Buwas. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam paparannya menyampaikan, potensi produksi beras pada Januari – April 2023 mencapai 13,79 juta ton. Adapun konsumsi beras diperkirakan mencapai 10,03 juta ton. Sehingga diproyeksikan terdapat surplus 3,76 juta ton. "Dengan memperhatikan kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri menghadapi bulan ramadan dan hari raya idul fitri relatif aman," ucap Syahrul. Ketua Komisi IV DPR Sudin mengatakan, data dari Kementerian Pertanian, perkiraan produksi beras pada Januari-April 2023 sebanyak 12,46 juta ton. "Perkiraan, jadi kalau meleset, ya namanya kira-kira," ucap Sudin. Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR Daeng Muhammad mengatakan, terdapat lahan sawah yang mengalami puso atau gagal panen karena curah hujan tinggi yang mengakibatkan lahan sawah banjir. Daeng mencontohkan, 18 kecamatan di Bekasi dan 23 kecamatan di Karawang mengalami puso atau gagal panen karena lahan sawah yang banjir. Sehingga perlu dilakukan tanam ulang. Selain itu, adanya penurunan produktifitas padi. Daeng mencontohkan rata – rata produktifitas padi di Bekasi dan Karawang sebelumnya 7 ton per hektare, namun pada saat panen raya saat ini menjadi 5 ton per hektare. “Prediksi dari panen raya itu bisa bisa zonk, bisa bergeser,” ujar Daeng.
Baca Juga: Diam-diam Impor Beras Saat Musim Panen Raya Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menjelaskan, memang beberapa tahun terakhir surplus beras Indonesia terus menurun. Tahun lalu hanya surplus 1,3 juta ton. Tahun 2021 hanya surplus 1,4 juta ton. Kemudian jika melihat data BPS pada Januari-April 2023, memang terjadi surplus pada 4 bulan pertama di 2023. Namun surplus ini terbilang lebih rendah dibanding tahun lalu. “Dari survei kami, ternyata serapan yang masuk ke penggilingan padi kurang dari 50% dari kondisi normal saat ini,” ungkap Sutarto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi