KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali akan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (8/6). Pada lelang kali ini, diperkirakan kondisi pasar masih akan kondusif dan positif. Walau demikian, jumlah penawaran yang masuk diprediksi akan mengalami sedikit penurunan seiring kondisi eksternal yang mengalami peningkatan risiko. Asal tahu saja, pada lelang SUN sebelumnya (25/5), jumlah penawaran yang masuk adalah sebesar Rp 78,16 triliun. Head of Economics and Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, dari dalam negeri, kondisi makro Indonesia kembali mengalami perbaikan. Hal ini diakibatkan oleh data PMI yang positif, bahkan mencapai level tertingginya. Ia menilai, kondisi tersebut bisa memicu pemulihan ekonomi bisa berjalan lebih cepat dari perkiraan.
Baca Juga: Ini strategi HPAM meracik HPAM Ultima Money Market agar dapat imbal hasil optimal “Dengan demikian, hal tersebut bisa memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan yield SBN semakin baik lagi. Pada akhirnya, ini akan membuat para investor untuk masuk ke pasar SBN guna memanfaatkan potensi yield tersebut,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (8/6). Namun, Fikri justru menyebut kondisi eksternal malah berbanding terbalik dengan kondisi internal. Muncul risiko yang berpotensi membuat investor menahan diri. Ia menjelaskan, hal ini dikarenakan oleh adanya kekhawatiran normalisasi kebijakan The Fed seiring inflasi yang tinggi dan data jobless claim yang lebih tinggi dari ekspektasi. Walau begitu, Fikri meyakini dominasi investor domestik akan membuat nilai penawaran yang masuk bisa mencapai Rp 60 triliun-Rp 70 triliun. Apalagi, secara real yield, SBN saat ini sangat menarik jika dibanding peers. Bahkan, Fikri meyakini spread antara yield SBN dan US Treasury bisa menyempit ke depan. Lantaran, inflasi Indonesia terjaga dan yield terus turun, sementara di AS yield-nya tertahan dan inflasinya mulai naik.