KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan di Tanah Air optimis penyaluran kredit masih akan terus berlanjut hingga tahun depan meskipun tantangan ekonomi global masih cukup berat. Kendati begitu, ekspansi tetap akan dilakukan secara selektif. Dengan selektif, bank bisa mengurangi resiko yang muncul ke depannya sejak dari awal proses kredit. Sektor padat karya merupakan salah satu sektor yang beresiko bagi perbankan saat ini. Pasalnya, belakangan ini santer kabar isu pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif di sektor ini, terutama industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
PHK menandakan bahwa kondisi bisnis mereka tidak sedang baik-baik dan ada potensi mengganggu kemampuan pelaku industri membayar kewajiban terhadap bank.
Baca Juga: CIMB Niaga Ramal Motor Penggerak Kredit Tahun 2023 Akan Bersumber dari Segmen Ini Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), jumlah karyawan industri TPT yang terkena PHK saat ini sudah di atas 61.000 karyawan.Penyebab utamanya adalah seretnya permintaan ekspor produk TPT Indonesia sehingga banyak pabrik mengurangi kapasitas produksi. PT Bank Permata Tbk mengaku tidak membatasi diri menyalurkan kredit terhadap sektor-sektor tertentu, termasuk ke sektor padat karya. Namun, bank ini harus memastikan terlebih dahulu klien yang dibiayai memiliki kinerja yang baik. Artinya, perseroan hanya fokus pada kondisi individu masing-masing calon debitur ketika memutuskan memberikan kredit, bukan pada sektor industrinya.Sementara saat ini, kondisi portofolio kredit Bank Permata di sektor padat karya diklaim masih baik. "Sampai saat ini kondisi portfolio kita masih baik," kata Darwin Wibowo, Direktur Bank Permata pada Kontan.co.id, Rabu (22/11). Mengacu pada laporan keuangan perusahaan tekstil, ada banyak bank yang memiliki portofolio kredit di sektor tekstil, baik itu lewat pinjaman langsung maupun dalam bentuk kredit sindikasi.
Baca Juga: Strategi Bank Kejar Pertumbuhan Kredit Tahun Depan, Konsumer dan UMKM Jadi Penggerak PT Pan Brothers Tbk (PBRX) misalnya memiliki kredit sindikasi dengan jumlah pokok sebesar US$ 138,4 juta per Juni 2022 ke sejumlah bank yang terdiri dari Bank Keb Hana Indonesia, Maybank, BNP Paribas, BRI, Bank China Construction, dan lain-lain. Sementara PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) tercatat memiliki pinjaman jangka pendek ke sejumlah bank diantarnya BCA, Cibank, Bank Mizuho Indonesia, HSBC Indonesia, Bank DBS, Bank BJB, Bank QNB, CIMB Niaga, Maybank, Bank Muamalat, Bank Jateng, BNI, Bank KEB Hana,Bank DKI, Bank Danamon, Bank Woori Saudara, dan lain-lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi